Logo mobil besutan Nissan (Dok. Ist) |
Pewarta.co.id - Nissan baru-baru ini mengumumkan keputusan untuk memangkas produksi mobil di Amerika Serikat hingga akhir Maret 2025.
Langkah ini akan berdampak langsung pada model-model populernya, seperti Nissan Frontier dan Rogue, yang selama ini menjadi andalan di pasar Amerika.
Pemangkasan produksi ini diperkirakan mencapai 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sebagai respons terhadap penurunan penjualan Nissan di seluruh dunia.
Menurut laporan Nikkei Asia, keputusan untuk mengurangi produksi tersebut diambil setelah perusahaan memutuskan untuk mengurangi jam operasional di dua pabrik utama di AS, yang sebelumnya beroperasi selama lima hari dalam seminggu, kini hanya empat hari.
Meskipun langkah ini dilakukan untuk mengatasi penurunan permintaan, Nissan mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mengevaluasi ulang proyeksi produksi untuk menyesuaikan dengan tren pasar yang ada.
Keputusan ini datang pada saat yang sulit bagi Nissan, di tengah penurunan angka penjualan global yang berkelanjutan.
Baru-baru ini, perusahaan tersebut juga mengumumkan pemangkasan tenaga kerja sebesar 9.000 orang di seluruh dunia, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi biaya operasional.
Selain itu, Nissan juga mengurangi total kapasitas produksinya sebesar 20 persen yang menjadi indikasi kuat bahwa perusahaan menghadapi tekanan besar dalam mempertahankan stabilitas keuangan.
Penyusutan penjualan yang signifikan di pasar internasional, bersama dengan proyeksi laba yang menurun, semakin memperburuk kondisi keuangan Nissan.
Kekhawatiran tentang masa depan perusahaan juga semakin memuncak, terutama setelah dua pejabat senior Nissan menyatakan bahwa perusahaan hanya memiliki waktu 12 hingga 14 bulan untuk bertahan kecuali mereka menemukan investor baru yang siap menyuntikkan modal.
Sebagai bagian dari upaya untuk bertahan, Nissan baru-baru ini mengungkapkan rencana untuk menjual sahamnya di Mitsubishi Motors, meskipun langkah ini dipandang tidak akan cukup untuk memastikan keberlanjutan keuangan jangka panjang.
Seiring dengan penurunan angka penjualan dan proyeksi keuangan yang semakin merosot, ada spekulasi mengenai kemungkinan konsolidasi lebih lanjut di industri otomotif Jepang.
Pada bulan Agustus, Nissan, Honda, dan Mitsubishi mengumumkan sebuah kemitraan strategis untuk bersama-sama mengembangkan kendaraan listrik dan perangkat lunak.
Namun, kolaborasi ini juga memunculkan spekulasi, salah satunya dari mantan CEO Nissan dan Renault, Carlos Ghosn.
Ia mengungkapkan kemungkinan bahwa aliansi ini bisa menjadi langkah menuju pengambilalihan Mitsubishi dan Nissan oleh Honda dalam jangka panjang, meskipun hal ini masih menjadi spekulasi dan belum ada konfirmasi resmi.
Dengan tantangan yang semakin besar di pasar global, langkah-langkah yang diambil Nissan ini akan menjadi penentu bagi kelangsungan hidup dan masa depan perusahaan.
Kini, perhatian tertuju pada bagaimana Nissan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang terus berubah dan apakah mereka akan mampu menemukan investor baru atau solusi jangka panjang lainnya untuk menjaga keberlanjutan operasional dan keuangan perusahaan.