WARTA UPDATE

Indonesia Gabung BRICS: Langkah Strategis untuk Masa Depan

Indonesia Gabung BRICS: Langkah Strategis untuk Masa Depan
Arsip foto - Anggota Puspenerbal bersama prajurit Angkatan Laut Rusia memeragakan manuver helikopter AS 565 MBE dan KA-27 dalam Tactical Floor Game (TFG) fase laut Latma Orruda 2024 di Gedung Puslatkaprang, Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/11/2024). (Dok. ANTARA).

PEWARTA.CO.ID - Keputusan Indonesia untuk bergabung sebagai anggota penuh BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dinilai sebagai langkah strategis oleh Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Marwan Cik Asan. Dalam keterangannya di Jakarta pada Rabu (8/1/2025), Marwan menyebut keputusan ini menunjukkan keberanian dan visi pemerintahan Prabowo Subianto dalam menerapkan politik luar negeri bebas aktif.

Menurut Marwan, bergabung dengan BRICS bukan berarti Indonesia berpihak pada satu kubu tertentu, melainkan menjadi bagian dari upaya memperkuat peran Indonesia di panggung global. Ia memaparkan empat alasan utama mengapa langkah ini patut diapresiasi:

  1. Akses ke Pasar yang Lebih Luas
    Dengan total populasi negara anggota BRICS mencapai 3,5 miliar orang, atau sekitar 42 persen dari populasi dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk memasarkan produk dan jasa di pasar internasional yang lebih besar.

  2. Penguatan Kerja Sama Selatan-Selatan
    Keanggotaan BRICS membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada ekonomi Barat. Dalam dunia yang semakin multipolar, diversifikasi hubungan ekonomi menjadi strategi yang cerdas.

  3. Sumber Pendanaan Alternatif
    BRICS memiliki New Development Bank (NDB) yang dapat menjadi sumber pendanaan bagi proyek-proyek infrastruktur Indonesia. "Ini bisa mempercepat pembangunan infrastruktur tanpa harus bergantung pada lembaga keuangan Barat," jelas Marwan.

  4. Akses Teknologi dan Investasi Baru
    Melalui keanggotaan ini, Indonesia dapat mengakses teknologi dan investasi baru yang sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi 8 persen serta memperkuat ekonomi nasional.

Marwan juga menyebut inisiatif dedolarisasi sebagai salah satu peluang strategis. "Dedolarisasi bertujuan mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional," ujarnya.

Meski menawarkan berbagai peluang, Marwan mengingatkan bahwa keanggotaan BRICS juga membawa sejumlah risiko, seperti potensi ketegangan geopolitik akibat persaingan antara AS dan China. Selain itu, tekanan diplomatik dan ekonomi dari negara-negara Barat juga perlu diantisipasi.

"Sebagai anggota BRICS, Indonesia mungkin menghadapi tekanan dari negara-negara Barat yang menganggap langkah ini sebagai pergeseran geopolitik yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka," kata Marwan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya strategi diplomasi yang cermat untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan semua pihak.

Marwan meminta pemerintah memastikan langkah ini memberikan manfaat nyata bagi rakyat Indonesia. Ia menyoroti beberapa aspek penting yang harus diperhatikan, seperti:

  • Penguatan infrastruktur nasional.
  • Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan pasar global.
  • Dukungan kepada sektor UMKM.
  • Kebijakan yang mendukung inovasi dan penelitian agar Indonesia dapat menjadi produsen teknologi bernilai tambah.

"Indonesia harus memastikan bahwa keanggotaan dalam BRICS benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat," tegas Marwan.

Brazil, selaku presidensi BRICS, telah mengumumkan secara resmi bahwa Indonesia menjadi anggota baru organisasi tersebut. Dalam pernyataan resmi pemerintah Brazil disebutkan, "Indonesia, dengan populasi dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki kesamaan pandangan dengan anggota BRICS lainnya dalam mendukung reformasi institusi global serta memperkuat kerja sama antara negara-negara Selatan Global."

Keanggotaan Indonesia di BRICS diharapkan tidak hanya memperluas peluang ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional sebagai pemain kunci dalam kerja sama global.