Tradisi Unik Ramadhan dari Berbagai Daerah di Indonesia
![]() |
Tradisi Unik Ramadhan dari Berbagai Daerah di Indonesia. (Dok. Google Image). |
PEWARTA.CO.ID - Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya dan tradisi, termasuk dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Setiap daerah memiliki cara unik dan khas dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah ini, yang mencerminkan identitas budaya dan keyakinan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tradisi-tradisi tersebut tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga menjadi wujud rasa syukur atas datangnya bulan suci yang dinanti-nanti oleh umat Muslim.
Bulan Ramadhan menjadi momentum spiritual bagi umat Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mempererat hubungan sosial. Oleh karena itu, berbagai tradisi lokal yang berkembang di Indonesia juga menjadi sarana pengingat pentingnya nilai-nilai kebersamaan, ketaqwaan, dan kepedulian terhadap sesama. Berbagai tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai penjuru Nusantara selama bulan Ramadhan, diantaranya:
1. Dugderan di Semarang, Jawa Tengah
![]() |
Ilustrasi - Dugderan tradisi khas kota Semarang yang menjadi penanda awal bulan Ramadhan. (Dok. Google Image). |
Dugderan adalah tradisi khas kota Semarang yang menjadi penanda awal bulan Ramadhan. Kata "Dugderan" berasal dari bunyi "dug" (bunyi bedug) dan "der" (bunyi meriam). Tradisi ini dimulai sejak masa pemerintahan Bupati Semarang pertama, Kyai Adipati Suryomerto, pada abad ke-19.
Acara Dugderan biasanya diawali dengan arak-arakan Warak Ngendog, sebuah hewan mitologis yang dianggap sebagai simbol keberagaman dan persatuan masyarakat Semarang. Prosesi ini diiringi oleh musik tradisional serta berbagai pertunjukan seni. Puncak acara ditandai dengan penabuhan bedug dan dentuman meriam sebagai simbol dimulainya ibadah puasa Ramadhan.
2. Meugang di Aceh
![]() |
Ilustrasi - Meugang tradisi memasak dan menyantap daging bersama keluarga besar serta berbagi makanan dengan tetangga dan kaum dhuafa. (Dok. Google Image). |
Di Aceh, masyarakat merayakan tradisi Meugang sebelum Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Meugang adalah tradisi memasak dan menyantap daging bersama keluarga besar serta berbagi makanan dengan tetangga dan kaum dhuafa.
Daging sapi atau kambing menjadi menu utama dalam tradisi ini. Masyarakat Aceh berbondong-bondong ke pasar untuk membeli bahan makanan terbaik yang kemudian dimasak dengan bumbu khas Aceh. Tradisi ini mengandung nilai kebersamaan dan rasa syukur atas nikmat Allah menjelang bulan suci.
3. Balimau di Sumatera Barat
![]() |
Ilustrasi - Balimau tradisi mandi bersama menggunakan air bercampur limau (jeruk nipis) yang dilakukan masyarakat Minangkabau menjelang Ramadhan. (Dok. Google Image). |
Balimau adalah tradisi mandi bersama menggunakan air bercampur limau (jeruk nipis) yang dilakukan masyarakat Minangkabau menjelang Ramadhan. Balimau memiliki makna simbolis membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memulai ibadah puasa.
Tradisi ini biasanya dilakukan di sungai, danau, atau pemandian umum yang sudah menjadi lokasi turun-temurun. Selain mandi, acara Balimau sering kali diiringi oleh doa bersama dan silaturahmi antar keluarga serta kerabat.
4. Nyorog di Betawi, Jakarta
![]() |
Ilustrasi - Nyorog tradisi mengantarkan bingkisan makanan kepada kerabat yang lebih tua atau dihormati. (Dok. Google Image). |
Masyarakat Betawi memiliki tradisi Nyorog menjelang Ramadhan, di mana mereka mengantarkan bingkisan makanan kepada kerabat yang lebih tua atau dihormati. Bingkisan ini biasanya berisi berbagai bahan makanan seperti beras, gula, dan telur, serta kue-kue tradisional.
Nyorog merupakan bentuk penghormatan kepada keluarga yang dituakan serta wujud kepedulian dan kebersamaan dalam menyambut bulan Ramadhan. Tradisi ini juga menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga.
5. Malamang di Sumatera Barat
![]() |
Ilustrasi - Malamang tradisi membuat lemang (beras ketan yang dimasak dalam bambu) menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. (Dok. Google Image). |
Selain Balimau, masyarakat Minangkabau juga memiliki tradisi Malamang, yaitu membuat lemang (beras ketan yang dimasak dalam bambu) menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Lemang biasanya disajikan dengan tapai (fermentasi singkong atau ketan) atau rendang.
Malamang dilakukan secara gotong royong oleh para wanita dalam keluarga besar atau komunitas. Proses memasaknya membutuhkan waktu dan ketelatenan, sehingga tradisi ini menjadi ajang kebersamaan dan saling membantu di antara anggota keluarga.
6. Dhandhangan di Kudus, Jawa Tengah
![]() |
Ilustrasi - Acara Dhandhangan melibatkan pasar malam besar yang menjual berbagai kebutuhan Ramadhan dan makanan khas daerah. (Dok. Google Image). |
Dhandhangan adalah tradisi khas masyarakat Kudus untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Sunan Kudus, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa.
Acara Dhandhangan melibatkan pasar malam besar yang menjual berbagai kebutuhan Ramadhan dan makanan khas daerah. Suasana meriah dengan pertunjukan seni dan musik tradisional menjadi ciri khas acara ini. Puncaknya adalah pemukulan bedug besar di Masjid Menara Kudus yang menandakan dimulainya ibadah puasa.
7. Padusan di Jawa
![]() |
Ilustrasi - Padusan tradisi mandi besar yang dilakukan masyarakat Jawa untuk menyucikan diri menjelang bulan Ramadhan. (Dok. Google Image). |
Padusan adalah tradisi mandi besar yang dilakukan masyarakat Jawa untuk menyucikan diri menjelang bulan Ramadhan. Padusan biasanya dilakukan di sumber air alami seperti sungai, mata air, atau pemandian umum yang dianggap keramat.
Makna dari Padusan adalah simbol penyucian diri lahir dan batin agar siap menghadapi bulan suci Ramadhan. Tradisi ini juga menjadi ajang berkumpulnya masyarakat dan keluarga untuk berdoa bersama.
8. Tumbilotohe di Gorontalo
![]() |
Ilustrasi - Tumbilotohe tradisi menyalakan lampu minyak tiga malam terakhir sebelum Idul Fitri di Gorontalo. (Dok. Google Image). |
Tumbilotohe adalah tradisi menyalakan lampu minyak tiga malam terakhir sebelum Idul Fitri di Gorontalo. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-15 dan menjadi simbol penerangan hati dalam menyambut hari kemenangan.
Lampu-lampu minyak yang dipasang di halaman rumah, masjid, dan jalan-jalan menciptakan pemandangan yang indah dan penuh makna. Selain itu, Tumbilotohe juga menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan antar warga.
9. Pawai Obor di Berbagai Daerah
![]() |
Ilustrasi - Pawai obor tradisi yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. (Dok. Google Image). |
Pawai obor adalah tradisi yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam pertama Ramadhan atau malam-malam tertentu selama bulan puasa.
Para peserta pawai membawa obor dan berjalan berkeliling kampung sambil mengumandangkan takbir atau shalawat. Pawai obor melambangkan semangat menyambut bulan suci dan keinginan untuk menerangi jalan kehidupan dengan cahaya iman.
10. Ngabuburit di Seluruh Indonesia
![]() |
Ilustrasi - Ngabuburit yang sering dilakukan oleh masyarakat untuk menunggu waktu berbuka puasa. (Dok. Google Image). |
Ngabuburit adalah istilah yang digunakan untuk kegiatan menunggu waktu berbuka puasa. Tradisi ini sangat populer di berbagai daerah di Indonesia, dengan cara dan bentuk yang beragam.
Di beberapa tempat, ngabuburit diisi dengan kegiatan keagamaan seperti tadarus Al-Qur'an, kajian Islam, atau doa bersama. Sementara itu, di daerah lain, ngabuburit diisi dengan berjalan-jalan di taman, pasar, atau tempat wisata sambil mencari makanan berbuka puasa yang khas.