Makan Terlalu Cepat Bisa Merusak Pencernaan, Ini Penjelasan Ahli
![]() |
Ilustrasi - Cara seseorang makan terlalu cepat. (Dok. Google Image). |
PEWARTA.CO.ID - Cara seseorang mengonsumsi makanan ternyata berpengaruh besar terhadap proses pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam tubuh. Kecepatan makan yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif pada kesehatan, terutama sistem pencernaan.
Dr. Karan Rajan, seorang dokter bedah dari National Health Service (NHS) Inggris sekaligus kreator konten kesehatan, mengungkapkan bahwa makan dengan terlalu cepat dapat mengganggu mekanisme fisiologis tubuh yang bertugas mengoptimalkan proses pencernaan.
"Ketika Anda makan terlalu cepat, Anda melewatkan beberapa mekanisme fisiologis yang dirancang untuk mengoptimalkan pencernaan," ujarnya, seperti dikutip dalam laporan Hindustan Times pada Jumat (21/3/2025).
Pencernaan makanan dimulai dari mulut, di mana makanan dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil sebelum masuk ke sistem pencernaan lebih lanjut. Enzim amilase dalam air liur berperan dalam memecah karbohidrat menjadi gula agar lebih mudah dicerna tubuh.
Namun, ketika seseorang makan terlalu cepat tanpa mengunyah makanan dengan baik, potongan makanan yang lebih besar dapat langsung mencapai usus. Akibatnya, bakteri usus harus bekerja lebih keras untuk memecah karbohidrat yang belum sepenuhnya tercerna, yang dapat menyebabkan produksi gas berlebih dan ketidaknyamanan di perut.
Dr. Rajan juga menekankan pentingnya mengunyah makanan dengan baik agar enzim-enzim pencernaan dapat bekerja secara optimal dalam menyerap nutrisi.
Selain mengganggu pencernaan, kebiasaan makan dengan cepat juga dapat memberikan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah, yaitu katup yang berfungsi mencegah asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Akibatnya, seseorang lebih berisiko mengalami refluks asam dan nyeri ulu hati.
Lebih lanjut, kebiasaan ini juga dapat memicu refleks gastrocolic yang berlebihan, yaitu dorongan mendadak untuk buang air besar. Hal ini terutama berisiko bagi individu yang memiliki sindrom iritasi usus besar (IBS), yang dapat mengalami diare atau gangguan pencernaan lainnya.
Menurut Dr. Rajan, tubuh memerlukan waktu yang cukup untuk mengeluarkan cairan pencernaan seperti empedu dan enzim guna mencerna makanan secara maksimal. Jika makanan dikonsumsi dengan terlalu cepat, tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk memproduksi cairan pencernaan ini, yang pada akhirnya menyebabkan penyerapan nutrisi yang buruk.
"Tubuh butuh waktu untuk mengeluarkan cairan pencernaan penting seperti empedu dan enzim. Jika makanan dikonsumsi terlalu cepat, tubuh tidak punya cukup waktu untuk mengeluarkannya, yang menyebabkan pencernaan tidak tuntas dan penyerapan nutrisi buruk," jelasnya.
Tak hanya itu, hormon yang mengatur rasa kenyang, seperti kolesistokinin, GIP, dan GLP-1, juga membutuhkan waktu untuk memberi sinyal kepada otak bahwa seseorang sudah cukup makan. Jika seseorang makan terlalu cepat, hormon-hormon ini tidak sempat bekerja optimal, sehingga meningkatkan risiko makan berlebihan dan berujung pada kenaikan berat badan.
Sebagai solusi, Dr. Rajan merekomendasikan untuk makan dalam porsi kecil dan dengan kecepatan yang lebih lambat. Hal ini dapat membantu tubuh dalam mengatur refleks gastrocolic serta menghindari berbagai gangguan pencernaan yang bisa muncul akibat kebiasaan makan terlalu cepat.
Dengan memahami pentingnya makan secara perlahan dan mengunyah makanan dengan baik, seseorang dapat menjaga kesehatan pencernaannya sekaligus memastikan tubuh memperoleh nutrisi yang maksimal dari setiap makanan yang dikonsumsi.