7 Fakta Mengerikan Gunung Arjuno: Pendaki Hilang, Tewas, hingga Awan Misterius
![]() |
7 Fakta mengerikan Gunung Arjuno: pendaki hilang, tewas, hingga awan misterius. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Gunung Arjuno, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, kembali menjadi sorotan publik setelah insiden 11 pendaki ilegal yang tersesat.
Beruntung, seluruh pendaki berhasil ditemukan dalam keadaan selamat oleh tim SAR gabungan pada Kamis, 29 Mei 2025.
Peristiwa ini menambah panjang daftar kejadian luar biasa yang pernah terjadi di gunung dengan ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut ini.
Mulai dari pendaki yang hilang, tragedi kematian, hingga fenomena alam yang tak biasa, Gunung Arjuno menyimpan banyak cerita.
Berikut tujuh fakta menarik sekaligus mencengangkan tentang Gunung Arjuno:
1. Terbentang di lima wilayah Jawa Timur
Gunung Arjuno merupakan bagian dari kawasan pegunungan yang juga mencakup Gunung Welirang.
Lokasinya membentang luas hingga masuk ke dalam lima wilayah administratif: Kabupaten Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Malang, dan Kota Batu.
Kawasan ini termasuk dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, di bawah naungan UPT Dinas Kehutanan Jawa Timur.
Beberapa jalur pendakian populer menuju Gunung Arjuno tersebar di berbagai titik, seperti Tretes dan Prigen di Pasuruan, Lawang di Kabupaten Malang, serta Sumberbrantas di Kota Batu.
2. Kisah pendaki yang selamat setelah hilang
Meski kerap terjadi kecelakaan, tidak sedikit pendaki yang berhasil diselamatkan meski sempat dinyatakan hilang.
Salah satu kasus yang cukup menghebohkan terjadi pada Maret 2022, saat Muhammad Naam, seorang pendaki asal Pandaan, Pasuruan, hilang selama empat hari.
Naam memisahkan diri dari rombongannya ketika menuruni gunung pada 20 Maret 2022.
Ia akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat di jurang Alas Sriti, wilayah Desa Klampok, Singosari, Kabupaten Malang.
Insiden serupa juga dialami oleh Yurbianto (46), pelari asal Jakarta Utara yang hilang saat mengikuti lomba lintas alam Mantra Summits Challenge 2022 di Gunung Arjuno.
Ia sempat mengirim sinyal SOS sebelum akhirnya ditemukan selamat dua hari kemudian di kawasan Budug Asu.
3. Pendaki meninggal karena hipotermia
Tragedi juga menghantui para pendaki Arjuno. Pada Agustus 2023, Yodeka Kopaba (21), mahasiswa Universitas Brawijaya, meninggal dunia akibat hipotermia.
Ia sempat ditemukan tak sadarkan diri di Pos 2, jalur pendakian Desa Sumberbrantas, sebelum akhirnya dievakuasi oleh tim SAR pada 20 Agustus 2023.
4. Disambar petir saat mendaki
Cuaca ekstrem adalah tantangan serius bagi para pendaki Gunung Arjuno.
Dalam beberapa kasus, pendaki bahkan kehilangan nyawa akibat sambaran petir. Pada Desember 2016, seorang mahasiswa Unesa, Bintara Fredyansyah asal Bojonegoro, meninggal dunia karena tersambar petir.
Dua rekan lainnya mengalami luka-luka, sementara lima pendaki lain dari kelompok yang sama selamat.
Kejadian tragis kembali terjadi pada 16 Desember 2019.
Tiga peserta pelatihan dasar Brimob tewas dan lima lainnya mengalami luka akibat sambaran petir di Puncak Ringgit, saat mengikuti pendidikan di kawasan Arjuno-Welirang.
5. Penutupan jalur pendakian akibat cuaca ekstrem
Karakter cuaca Gunung Arjuno yang tidak menentu menyebabkan jalur pendakian sering kali ditutup, terutama saat musim hujan.
Di ketinggian tertentu, pendaki bisa mengalami hujan es, angin kencang, bahkan badai.
Pada 6 April 2021, kondisi ekstrem sempat melanda saat petugas Tahura Raden Soerjo melakukan patroli rutin di ketinggian 2.600 meter.
Hujan lebat, angin kencang, hingga hujan es menjadi ancaman nyata bagi keselamatan pendaki.
6. Fenomena awan lentikularis yang mencuri perhatian
Gunung Arjuno juga dikenal karena fenomena awan tak biasa yang sering muncul di puncaknya.
Pada 5 November 2021, warga dikejutkan oleh awan berbentuk mangkok yang menggantung di langit kawasan Arjuno sisi Kabupaten Malang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena tersebut dikenal sebagai awan lentikularis, yang biasanya terbentuk di atas pegunungan atau dataran tinggi akibat pergerakan angin yang kuat dan lembap.
7. Kebakaran hutan yang meluas hingga status darurat
Dalam lima tahun terakhir, Gunung Arjuno tercatat beberapa kali mengalami kebakaran hebat.
Pada Juli 2019, sekitar 100 hektar lahan hangus dan harus dipadamkan dengan bantuan water bombing oleh BPBD Jawa Timur.
Peristiwa kebakaran yang lebih besar terjadi pada September 2023, diduga akibat api unggun pendaki yang tidak dipadamkan sempurna.
Kebakaran ini meluas hingga membakar sekitar 4.403 hektar lahan dan memicu status darurat.
Upaya pemadaman melibatkan ribuan petugas dari lima kabupaten/kota dan juga bantuan helikopter dari BNPB.
Gunung Arjuno, selain menjadi destinasi favorit para pecinta alam, juga menyimpan banyak risiko yang harus diwaspadai.
Pendakian di gunung ini bukan hanya soal menaklukkan puncak, tetapi juga bagaimana memahami dan menghormati alam.
“Kondisi di atas Gunung Arjuno kerap muncul hujan es, badai, hingga petir yang membahayakan aktivitas pendakian,” jelas petugas Tahura Raden Soerjo.