Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Amerika Serikat dan China Capai Kesepakatan Damai Dagang, Trump Tanggapi Optimis

Amerika Serikat dan China Capai Kesepakatan Damai Dagang, Trump Tanggapi Optimis
Xi Jinping dan Donald Trump. (Dok. AP Photo/Andy Wong, File)

PEWARTA.CO.ID - Amerika Serikat dan China resmi mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang dagang yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Kesepakatan ini mencakup pencabutan tarif besar-besaran terhadap barang impor masing-masing negara selama periode 90 hari.

Keputusan ini diumumkan pada Rabu dini hari waktu setempat, menyusul pertemuan intensif yang digelar di Jenewa, Swiss, pada akhir pekan lalu.

Presiden AS Donald Trump memberikan tanggapannya terhadap perkembangan ini dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh Fox News pada Selasa waktu setempat.

Ia menyebut bahwa Washington kini memiliki landasan kuat untuk kesepakatan dagang jangka panjang dengan Beijing.

"Kami memiliki batasan kesepakatan yang sangat, sangat kuat dengan China. Namun, bagian yang paling menarik dari kesepakatan itu... adalah keterbukaan China terhadap bisnis AS," katanya kepada media itu saat berada di Air Force One dalam perjalanan menuju Timur Tengah, mengutip AFP.

"Salah satu hal yang menurut saya paling menarik bagi kami dan juga bagi China adalah bahwa kami mencoba untuk membuka China," tambahnya tanpa merinci lebih lanjut.

Langkah ini menandai perubahan besar dari pendekatan konfrontatif Trump sebelumnya, yang dikenal luas karena kebijakan tarif tinggi terhadap berbagai produk asing terutama dari China.

Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan dagang menyebabkan tarif saling balas yang mencapai lebih dari 100% dari kedua pihak, mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan pasar keuangan global.

Dalam kesepakatan terbaru ini, AS sepakat memangkas tarif atas barang-barang China hingga 30%.

Sementara itu, China juga berkomitmen menurunkan tarif hingga 10%, dari sebelumnya yang mencapai lebih dari 100%.

Pengurangan tarif ini dijadwalkan mulai berlaku setelah tengah malam waktu Washington, Rabu.

Hal ini diperkirakan akan memberikan kelegaan jangka pendek bagi dunia usaha dan pasar global yang selama ini resah menghadapi ketegangan dagang kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.

Ancaman baru tetap membayangi

Meskipun kesepakatan ini memberikan harapan baru, sejumlah pihak mengingatkan bahwa ancaman eskalasi masih mengintai.

Pasalnya, beberapa tarif tambahan dari AS tetap diberlakukan, termasuk bea 20% atas produk bahan kimia asal China yang digunakan untuk produksi fentanil isu yang selama ini menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.

AS menuduh China membiarkan perdagangan ilegal fentanil berlangsung, sementara pemerintah China terus membantah tuduhan tersebut.

Beijing juga mengingatkan Washington untuk menghentikan retorika negatif terkait isu tersebut.

Analis pun mengingatkan bahwa ketidakpastian masih tinggi, terutama setelah periode 90 hari usai.

Kemungkinan kembalinya tarif tinggi menjadi risiko tersendiri bagi pemulihan ekonomi.

"Pengurangan tarif lebih lanjut akan sulit dan risiko eskalasi baru tetap ada," kata Kepala Ekonom di The Economist Intelligence Unit, Yue Su.

Konflik tarif ini sebelumnya telah memukul keras perusahaan-perusahaan AS yang sangat bergantung pada pasokan dari pabrik-pabrik China.

Di sisi lain, perekonomian China juga tidak luput dari dampaknya terutama di tengah krisis properti yang berkepanjangan dan lemahnya daya beli masyarakat.

"Kedua belah pihak telah mengalami banyak kesulitan ekonomi dan mereka masih dapat bertahan sedikit lebih lama lagi," kata asisten profesor di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Dylan Loh.

Kesepakatan ini dipandang sebagai jeda penting dalam konflik perdagangan yang melelahkan kedua belah pihak.

Namun, masa depan hubungan dagang AS-China masih jauh dari pasti, bergantung pada tindak lanjut konkret dari kedua negara dalam beberapa bulan mendatang.