AS Pertimbangkan Pengurangan Tarif Impor untuk China dalam Upaya Redakan Ketegangan Dagang
![]() |
Trump terapkan tarif AS (Dok. X Donald J Trump) |
PEWARTA.CO.ID - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai menunjukkan sinyal perubahan sikap terhadap China dalam isu perdagangan.
Menurut laporan yang dirilis pada Jumat oleh Sputnik, mengutip artikel dari New York Post, Washington tengah mempertimbangkan untuk menurunkan tarif impor atas produk-produk asal China.
Tarif yang sebelumnya mencapai 145 persen dikabarkan akan dipangkas menjadi sekitar 50 hingga 54 persen.
Kebijakan ini bisa saja diumumkan secepatnya dalam waktu dekat.
Rencana pengurangan tarif tersebut merupakan bagian dari upaya diplomatik yang tengah berlangsung di Swiss.
Di sana, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dijadwalkan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng.
Pertemuan ini bertujuan untuk membahas langkah-langkah konkret dalam meredakan ketegangan perdagangan yang telah berlangsung cukup lama antara kedua negara.
Dalam wawancara dengan Fox News, Presiden Trump menyampaikan pandangannya mengenai perlunya penyesuaian tarif agar hubungan ekonomi kedua negara bisa kembali berjalan normal.
Ia mengatakan, “Washington harus menurunkan tarif atas barang-barang dari China, karena jika tidak, mustahil untuk mengembangkan hubungan perdagangan antara kedua negara.”
Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyebut bahwa tidak hanya China yang menjadi fokus kebijakan tarif baru ini.
Sejumlah negara di kawasan Asia Selatan juga diprediksi akan menikmati penurunan tarif dari Amerika Serikat, dengan kemungkinan pemangkasan hingga 25 persen.
Perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini bermula ketika AS memberlakukan tarif tinggi terhadap berbagai produk China.
Sebagai respons, China pun menaikkan tarif atas produk-produk AS.
Saat ini, bea masuk dari pihak AS terhadap barang-barang China tercatat mencapai 145 persen, sedangkan China menerapkan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap produk-produk asal Amerika.
Langkah pelonggaran tarif ini menjadi sinyal bahwa kedua negara mulai membuka pintu untuk dialog yang lebih konstruktif demi menciptakan hubungan perdagangan yang lebih stabil di masa depan.