Iran Perkenalkan Rudal Qasim Basir, Klaim Mampu Tembus Pertahanan Udara Israel
![]() |
Iran perkenalkan rudal Qasim Basir, klaim mampu tembus pertahanan udara Israel. (Foto: Dok. Kemenhan Iran) |
PEWARTA.CO.ID - Ketegangan antara Iran dan Israel kembali meningkat menyusul pengumuman terbaru dari Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, mengenai rudal canggih bernama Qasim Basir.
Dalam pernyataannya, Nasirzadeh juga menyampaikan peringatan tegas kepada Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan.
Rudal Qasim Basir diperkenalkan sebagai sistem senjata baru yang dilengkapi dengan teknologi panduan dan manuver tingkat tinggi.
Iran mengklaim bahwa rudal ini dirancang untuk menembus sistem pertahanan udara modern, termasuk kemampuan menghadapi gangguan elektronik serta tetap tersembunyi dari radar musuh.
“Rudal Qasim Basir menyerang sasarannya dengan presisi tinggi, dapat mengatasi peperangan elektronik, dan tetap tidak terdeteksi oleh sistem radar pertahanan,” ungkap Nasirzadeh dalam peluncuran resminya.
Pemerintah Iran menyatakan bahwa pengembangan rudal ini merupakan hasil dari pengalaman operasional dalam dua operasi besar yang disebut "Janji Sejati".
Media nasional Iran bahkan menayangkan analisis teknis yang menunjukkan bahwa tingkat intersepsi terhadap rudal mereka kini akan menurun drastis, dengan hanya kurang dari lima dari setiap seratus rudal yang kemungkinan dapat dicegat.
Lebih jauh, Nasirzadeh mengingatkan bahwa Iran tidak akan tinggal diam jika terjadi serangan terhadap negaranya.
Ia menyebut bahwa seluruh kepentingan militer Amerika Serikat di kawasan akan menjadi sasaran utama.
“Kami tidak memusuhi negara tetangga kami, kami melihat mereka sebagai saudara. Namun jika kami diserang, pangkalan AS di wilayah tersebut akan menjadi target kami,” ujarnya, menegaskan sikap defensif Iran yang tetap agresif jika terprovokasi.
Respons Israel dan ketegangan kawasan
Di sisi lain, Israel menanggapi perkembangan ini dengan sikap waspada.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara terbuka mengancam akan mengambil tindakan terhadap Iran menyusul serangan rudal yang diluncurkan dari Yaman ke Bandara Ben Gurion, yang menurutnya terkait dengan Teheran.
Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan memberikan balasan "pada waktu dan tempat yang tepat", serta menyerukan pertanggungjawaban Iran atas insiden tersebut.
Sementara itu, ketegangan ini terjadi di tengah mandeknya perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat.
Menurut situs berita Israel Walla, Iran diperkirakan memiliki sekitar 2.000 rudal balistik dengan jangkauan yang mampu mencapai wilayah Israel.
Analis militer Amir Bohbot mengungkapkan bahwa militer dan pemerintah Israel kini tengah bersiaga, menunggu keputusan dari Presiden AS terkait kelanjutan negosiasi nuklir dengan Teheran.
Spekulasi meningkat bahwa keputusan Washington akan sangat mempengaruhi langkah Israel ke depan.
Jika negosiasi menuju jalan buntu, menurut laporan Walla, Israel dapat mempertimbangkan tindakan militer, meskipun Presiden Trump dikabarkan tidak akan mengizinkan serangan sepihak oleh Netanyahu tanpa koordinasi sebelumnya.
Pada 25 April, Netanyahu secara terbuka mendesak agar seluruh infrastruktur nuklir Iran dibongkar, sebuah pernyataan yang bertentangan dengan sikap pemerintah AS.
Netanyahu menolak segala bentuk kesepakatan yang memungkinkan Iran terus memperkaya uranium.
Sebaliknya, para pejabat Iran menegaskan bahwa meskipun mereka terbuka terhadap pembatasan program nuklir dalam batas tertentu, penghentian total pengayaan uranium dan penyerahan cadangan yang ada adalah “garis merah” yang tidak bisa dinegosiasikan.