Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Putin Ambil Peran, Rusia Siap Mediasi Konflik India-Pakistan yang Memanas

Putin Ambil Peran, Rusia Siap Mediasi Konflik India-Pakistan yang Memanas
Ilsutrasi. Putin ambil peran, Rusia siap mediasi konflik India-Pakistan yang memanas. (Foto: Dok. Tangkapan layar YouTube))

Jakarta, Pewarta.co.id - Ketegangan antara dua kekuatan nuklir Asia, India dan Pakistan, kembali meningkat pasca serangan teroris di wilayah Kashmir.

Menanggapi situasi tersebut, Rusia menyatakan kesiapannya untuk turut serta dalam meredakan konflik yang berpotensi membahayakan stabilitas regional dan global.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menghubungi Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, pada Minggu (4/5/2025) untuk membicarakan lonjakan ketegangan antara Islamabad dan New Delhi.

Panggilan ini dilakukan atas permintaan Pakistan, menyusul insiden serangan teroris di kawasan Pahalgam, Kashmir, yang menewaskan 26 warga sipil.

Lavrov menyampaikan kesiapan Moskow untuk mendukung langkah damai dalam menyelesaikan ketegangan tersebut.

Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Rusia disebutkan, "Pihak Rusia menekankan kesiapannya untuk membantu penyelesaian politik atas situasi yang muncul setelah serangan teroris 22 April di wilayah Pahalgam, jika ada kepentingan bersama dari Islamabad dan New Delhi," dikutip dari RT.

Sementara itu, menurut Kementerian Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar menolak keras tuduhan India yang dianggap tak berdasar dan memicu ketegangan.

Ia juga mengkritik kebijakan India yang menunda pelaksanaan perjanjian air antarnegara tersebut.

Sehari sebelumnya, Lavrov juga melakukan pembicaraan serupa dengan Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar.

Dalam diskusi itu, Lavrov kembali menekankan pentingnya jalur diplomatik sebagai solusi jangka panjang.

Ia mengacu pada kerangka kerja yang telah lama disepakati oleh kedua negara, yaitu Perjanjian Simla 1972 dan Deklarasi Lahore 1999.

Dalam pernyataan resmi, Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut, "Penyelesaian perselisihan antara New Delhi dan Islamabad melalui cara politik dan diplomatik secara bilateral sesuai dengan ketentuan Perjanjian Simla 1972 dan Deklarasi Lahore 1999, yang merupakan kerangka kerja historis di mana kedua negara Asia Selatan sebelumnya sepakat untuk menyelesaikan perselisihan secara diplomatis."

Senada dengan Lavrov, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga menyerukan langkah-langkah yang dapat menurunkan ketegangan antara India dan Pakistan.

"Kami berharap para pihak dapat mengambil langkah-langkah ... yang akan mengurangi ketegangan. Kami mengikuti dengan penuh perhatian suasana tegang yang telah berkembang di perbatasan," ujarnya.

Konflik ini bermula dari serangan teroris yang terjadi di Lembah Baisaran, Pahalgam, Jammu dan Kashmir, pada 22 April lalu.

Pemerintah India langsung menuding Pakistan berada di balik aksi kekerasan tersebut, dengan menegaskan kembali tuduhan lamanya mengenai dukungan Islamabad terhadap kelompok militan lintas batas.

Namun tudingan itu dibantah oleh Pakistan.

Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, menyatakan bahwa negaranya justru menjadi korban dari terorisme yang tumbuh akibat kebijakan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, selama beberapa dekade.

Menanggapi insiden ini, India mengambil serangkaian tindakan tegas, termasuk pengusiran diplomat Pakistan, pembatalan visa warga negara Pakistan, serta penutupan perbatasan darat.

New Delhi juga menangguhkan sebagian implementasi dari Perjanjian Air Indus 1960 dan mengumumkan langkah tambahan untuk membatasi hubungan dagang dengan Pakistan.

Sebagai balasan, Pakistan juga mengambil tindakan serupa.

Pemerintah Islamabad mengklaim bahwa mereka memiliki "intelijen yang kredibel" bahwa India sedang merencanakan aksi militer terhadap mereka.

Kedua pihak pun dilaporkan telah terlibat dalam baku tembak selama sepuluh malam berturut-turut di sepanjang Garis Kontrol (LoC) di Kashmir.