SBY Ajak Dunia Bersatu Hadapi Krisis Iklim Global
PEWARTA.CO.ID - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menekankan pentingnya solidaritas internasional dalam menghadapi krisis iklim yang semakin mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Dalam forum lecture series The Yudhoyono Institute (TYI) bertema "Sustainable Growth with Equity" yang digelar di Yogyakarta, Senin, SBY menegaskan bahwa ancaman perubahan iklim merupakan kenyataan yang tidak bisa diabaikan.
"Kita semua tahu bahwa krisis iklim dan krisis lingkungan itu nyata, bukan fiksi, bukan hoaks," ujar SBY di hadapan para akademisi dan peserta forum.
Menurutnya, tantangan global seperti ini hanya dapat diatasi melalui tindakan kolektif yang melampaui batas-batas negara.
Aksi nyata dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menciptakan dampak positif yang dapat dirasakan secara global.
"Oleh karena itu, aksi bersama kita juga harus nyata dan memberikan dampak yang nyata pula," lanjutnya.
Dunia semakin rumit, krisis iklim kurang diperhatikan
SBY menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi global yang kian rumit.
Ia menyayangkan bahwa alih-alih bersatu menghadapi isu perubahan iklim, banyak negara justru terjebak dalam konflik geopolitik, rivalitas antar kekuatan besar, serta ketegangan dalam perdagangan dan ekonomi global.
"Saya yang pernah memimpin negeri ini selama 10 tahun dan ada dalam berbagai percaturan global, cukup prihatin melihat perkembangan dunia yang makin rumit, makin 'dangerous'," kata SBY.
Kondisi ini, menurutnya, membuat isu lingkungan tersingkirkan dari perhatian publik.
Padahal, krisis iklim memiliki konsekuensi serius yang dapat berdampak pada seluruh umat manusia tanpa memandang batas negara.
"Sekali lagi mengingatkan ada isu besar yang tidak boleh kita biarkan karena itu akan memberikan dampak buruk bagi semua bangsa di dunia," tegasnya.
Seruan untuk kolaborasi global
Dalam pidatonya, SBY menggarisbawahi pentingnya menciptakan dunia yang damai, adil, dan sejahtera melalui kerja sama lintas identitas dan batas negara.
Ia menekankan bahwa keberhasilan mengatasi krisis iklim sangat bergantung pada kemauan kolektif negara-negara untuk bersatu.
"Saya kira semua sepakat bahwa apa yang kita inginkan adalah dunia yang makin damai, dunia yang makin adil, dunia yang makin sejahtera, dunia yang memberikan harapan bagi siapapun terlepas dari ikatan identitas, terlepas dari batas-batas internasional," ucapnya.
SBY juga mengajak seluruh elemen masyarakat global, termasuk kalangan perguruan tinggi, untuk memperkuat sinergi dalam mengembangkan solusi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ia menekankan bahwa kebijakan yang tepat dan kolaborasi antar sektor menjadi kunci dalam menjawab tantangan lingkungan.
"Kita harus meningkatkan kebersamaan kita, kerja sama kita, kepedulian kita, solusi-solusi kita, termasuk kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang tepat," tutur SBY.
Komitmen untuk masa depan
SBY menyatakan dukungannya terhadap inisiatif yang mengedepankan pertumbuhan berkelanjutan dengan prinsip keadilan.
Ia meyakini bahwa upaya-upaya tersebut merupakan investasi untuk masa depan dunia dan generasi mendatang.
"Kita percaya bahwa yang kita lakukan ini justru yang bisa menyelamatkan masa depan, bangsa-bangsa dan masa depan dunia, masa depan anak cucu kita," ujar SBY mengakhiri sambutannya.
Forum TYI kali ini dihadiri oleh berbagai akademisi dari dalam dan luar negeri, mempertegas pentingnya peran institusi pendidikan dalam merespons tantangan global melalui kolaborasi lintas disiplin dan negara.