Serangan Udara Israel Hancurkan Bandara Sanaa, Pesawat Pengangkut Jamaah Haji Jadi Korban
![]() |
Serangan udara Israel hancurkan Bandara Sanaa, pesawat pengangkut jamaah haji jadi korban. (Dok. Foto X) |
PEWARTA.CO.ID - Bandara Internasional Sanaa, yang merupakan pintu udara utama di ibu kota Yaman, menjadi sasaran serangan udara Israel pada Rabu (28/5/2025).
Serangan ini dilakukan hanya sehari setelah kelompok bersenjata Houthi meluncurkan dua proyektil ke wilayah Israel.
Menurut laporan dari Al Masirah TV media yang berafiliasi dengan kelompok Houthi sebanyak empat rudal menghantam langsung area landasan pacu bandara. Dampaknya sangat merusak, terutama bagi armada udara sipil Yaman.
Khaled al-Shaief, Direktur Umum Bandara Internasional Sanaa, menulis dalam unggahan di platform X bahwa serangan tersebut menghancurkan satu-satunya pesawat sipil yang tersisa milik Yemenia Airways, yang beroperasi dari bandara tersebut.
Pesawat tersebut, berdasarkan data penerbangan yang dikutip oleh Al Jazeera, seharusnya mengangkut jamaah haji menuju Arab Saudi.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengonfirmasi bahwa serangan udara tersebut menyasar "target teroris" Houthi di dalam bandara dan menegaskan bahwa pesawat yang dihancurkan adalah pesawat terakhir yang tersisa di lokasi tersebut.
“Ini adalah pesan yang jelas dan kelanjutan dari kebijakan kami: Siapa pun yang menembaki Negara Israel akan membayar harga yang mahal,” kata Katz.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menekankan bahwa Israel akan membalas setiap serangan dengan kekuatan yang lebih besar.
Respons Houthi: Dukungan ke Palestina tetap teguh
Kelompok Houthi menyatakan bahwa serangan Israel tidak akan menggoyahkan komitmen mereka terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Pemimpin kelompok, Abdul-Malik al-Houthi, dalam pernyataannya kepada Al Jazeera, menegaskan bahwa tekanan militer justru akan memperkuat tekad mereka.
“Tidak peduli seberapa besar agresi Israel dan tidak peduli seberapa sering hal itu terulang, hal itu tidak akan memengaruhi sikap rakyat kita dalam mendukung rakyat Palestina. Musuh Israel tetap berada dalam posisi lemah setelah penghentian agresi Amerika karena kegagalannya,” katanya sebagaimana dilansir Al Jazeera.
“Musuh Israel berusaha memulihkan pencegahan melalui agresi berulang ini terhadap fasilitas sipil di negara kita,” tambahnya.
Serangan ke Bandara Sanaa terjadi hanya sehari setelah pertahanan udara Israel mencegat dua rudal balistik yang diluncurkan oleh Houthi.
Serangan rudal tersebut telah dikonfirmasi oleh kelompok itu.
Dampak serangan: Bandara kembali lumpuh
Bandara Sanaa sebenarnya baru saja kembali beroperasi pekan lalu, setelah mengalami perbaikan darurat akibat serangan Israel sebelumnya.
Selain melayani penerbangan PBB, bandara tersebut hanya memiliki satu pesawat sipil yang tersisa dari Yemenia Airways yang kini telah hancur.
Tiga pesawat lainnya milik Yemenia telah lebih dulu rusak dalam serangan sebelumnya, sehingga bandara kini nyaris tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai penghubung udara, termasuk untuk kepentingan kemanusiaan dan perjalanan haji.
Ketegangan regional meningkat
Sejak Israel memulai serangan militernya ke Gaza pada Oktober 2023, kelompok Houthi telah melakukan serangkaian aksi militer sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Salah satunya adalah ancaman mereka untuk memblokade pelabuhan Haifa di Israel, sebagai respons terhadap peningkatan agresi militer Israel di Gaza.
Di wilayah Laut Merah, Houthi juga aktif menyerang kapal-kapal dagang sejak November 2023.
Aksi ini memicu balasan militer dari Amerika Serikat dan Inggris sejak Januari 2024.
Namun, awal Mei 2025 lalu, Washington dan kelompok Houthi akhirnya menyepakati gencatan senjata, yang mengakhiri rangkaian serangan intens terhadap posisi Houthi di Yaman.