Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

UMKM Harus Dilindungi karena Jadi Tulang Punggung Ekonomi Nasional

UMKM Harus Dilindungi karena Jadi Tulang Punggung Ekonomi Nasional
UMKM harus dilindungi karena jadi tulang punggung ekonomi nasional. (Foto: Dok. Ist)

Trenggalek, Pewarta.co.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran krusial dalam menggerakkan perekonomian Indonesia.

Menyadari hal ini, Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, menekankan pentingnya memberikan kemudahan serta perlindungan terhadap UMKM agar mampu bertahan dan bersaing, khususnya di tengah derasnya arus produk impor yang masuk ke pasar lokal.

"Tantangan UMKM sangat besar, tapi kontribusinya luar biasa. Mereka menyumbang 65,9 persen terhadap PDB nasional. Karena itu, penting bagi kami memperjuangkan perlindungan usaha mikro," ujar Novita saat menghadiri pembukaan Festival Kemudahan dan Perlindungan Usaha Mikro yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian di GOR Gajah Putih, Trenggalek, Jawa Timur, Senin.

Festival tersebut menjadi momentum penting bagi pelaku UMKM di daerah. Trenggalek sendiri menjadi kota kedua setelah Pontianak yang menjadi tuan rumah acara ini.

Sebanyak 1.200 pelaku usaha dari berbagai sektor hadir untuk mengakses berbagai layanan yang memudahkan proses pengurusan usaha mereka.

Menurut Novita, tahun sebelumnya dirinya juga menginisiasi program serupa bertajuk Halallin 2024 yang berhasil menggandeng 1.000 pelaku UMKM.

Kini, fokus kegiatan lebih diarahkan pada penguatan ekosistem usaha dengan penekanan pada aspek perlindungan.

Ia juga menyoroti fenomena meningkatnya jumlah pelaku UMKM baru sebagai dampak dari pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri besar akibat tekanan krisis geopolitik global.

Kondisi ini, menurutnya, menuntut pembaruan data agar program bantuan dan pembinaan dapat disalurkan secara tepat sasaran.

"Sinkronisasi data pusat dan daerah sangat penting. Saya yakin jumlah UMKM terus bertambah dan akan makin besar kontribusinya bagi PDB kita," lanjutnya.

Namun demikian, UMKM tidak hanya menghadapi tantangan internal.

Produk-produk impor murah, terutama dari Tiongkok, menjadi pesaing kuat yang mengancam keberlangsungan produk lokal.

Perbedaan harga yang signifikan membuat banyak produk UMKM sulit bertahan di pasar.

"Solusinya bukan hanya membatasi impor, tapi juga menyiapkan UMKM agar punya daya saing. Produk dalam negeri harus bersertifikasi dengan standar yang baik, meski biaya sertifikasi itu berat bagi pelaku usaha kecil," ucap Novita.

Ia menegaskan bahwa perlindungan terhadap UMKM tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab satu pihak.

Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan kebijakan yang berpihak pada pelaku usaha kecil, sekaligus membuka peluang mereka untuk menembus pasar ekspor.

"Festival ini bentuk nyata perlindungan dan kemudahan bagi UMKM. Harapannya, produk kita bisa bersaing di dalam maupun luar negeri," tandasnya.