Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Masuk Radar BI! Kredit UMKM Rentan Macet, Ini Strategi Pencegahan Dampak Negatif ke Perekonomian!

Masuk Radar BI! Kredit UMKM Rentan Macet, Ini Strategi Pencegahan Dampak Negatif ke Perekonomian!
Ilustrasi. Kredit UMKM

PEWARTA.CO.ID — Bank Indonesia (BI) mulai memberi perhatian serius terhadap penurunan kualitas kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berpotensi menekan ketahanan ekonomi nasional.

Risiko meningkatnya kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) mendorong BI untuk mengawasi penyaluran kredit secara ketat, baik di tingkat regional maupun nasional.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, menyoroti kecenderungan naiknya rasio NPL UMKM akibat tekanan ekonomi yang belum membaik. Kondisi ini bisa berdampak panjang jika tidak segera diatasi.

"Ini yang tentu kami amati, kami cermati, supaya jangan sampai (penurunan kualitas kredit UMKM) ini berlangsung terlalu lama, karena bagaimana pun juga ini nanti akan menurunkan daya tahan ekonomi kita. Harapan kita kan tidak seperti itu," ungkap Bimo dalam sesi wawancara di Bandarlampung, dikutip Kamis (26/6/2025).

BI pantau kredit UMKM demi stabilitas ekonomi

BI menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dengan terus memantau perkembangan kredit UMKM, mengingat sektor ini merupakan motor penggerak utama ekonomi masyarakat.

Meskipun terjadi peningkatan risiko kredit, hasil koordinasi BI dengan perbankan di Lampung menunjukkan tetap ada optimisme terhadap prospek penyaluran pinjaman, khususnya pada sektor strategis.

"Kinerja sektor-sektor utama, yang juga banyak dibiayai oleh perbankan, itu masih diperkirakan masih tumbuh positif, sehingga perbankan masih optimis, khusus untuk yang kredit-kredit ini (ke sektor pertanian di Lampung)," ujar Bimo.

Sektor pertanian seperti kopi, kakao, dan padi tengah menikmati harga komoditas yang menguntungkan. Ini menjadi celah positif bagi perbankan dalam menjaga momentum pertumbuhan kredit, walaupun tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

"Jadi, tetap ada kehati-hatian di sisi perbankannya," tambahnya.

Data kredit UMKM terkini 2025

Merujuk data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total baki debet kredit UMKM per Maret 2025 mencapai Rp1.496,79 triliun, atau meningkat 1,94 persen dibandingkan Maret 2024 yang tercatat sebesar Rp1.468,2 triliun.

Di Provinsi Lampung sendiri, baki debet UMKM tumbuh 3,04 persen year on year (yoy) dari Rp30,39 triliun menjadi Rp31,32 triliun.

Meski ada kenaikan, angka NPL UMKM secara nasional juga mengalami lonjakan sebesar 16 basis poin dari 3,98 persen menjadi 4,14 persen, dengan nilai kredit bermasalah mencapai Rp61,98 triliun.

BI dorong UMKM lewat program syariah

Untuk menekan risiko dan memperkuat sektor UMKM, Bank Indonesia aktif mendorong pemberdayaan usaha melalui berbagai program, salah satunya Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA).

Program ini menyasar pelaku usaha berbasis syariah, khususnya sektor makanan halal dan modest fashion.

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Imam Hartono, menjelaskan bahwa IKRA bertujuan membangun ekosistem pelaku usaha halal yang tangguh dan mampu bersaing di pasar global.

"Kami memanfaatkan 46 KPw dalam negeri untuk mengembangkan IKRA. Jadi Bank Indonesia itu terlibat mulai dari sejak proses seleksi, kemudian dipilih, kemudian dikurasi, setelah kurasi kemudian di-bootcamp atau pengembangan kapasitas dan diikutkan di berbagai promosi perdagangan," ujar Imam.

FESyar Sumatera 2025

Upaya lain yang dilakukan BI adalah dengan menyelenggarakan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2025 yang dipusatkan di Bandarlampung pada 21–25 Juni 2025.

Acara ini melibatkan 210 UMKM, dan berhasil menarik perhatian luas dari masyarakat.

Selama pelaksanaan FESyar, tercatat jumlah pengunjung dan penonton acara mencapai 45.006 orang.

Sementara itu, nilai penjualan mencapai Rp1,7 miliar, komitmen temu bisnis sebesar Rp3,6 miliar, dan pembiayaan yang difasilitasi bersama OJK dan Asbisindo Lampung mencapai Rp7,13 miliar.

BI kini berada di garis depan untuk memastikan risiko dari penurunan kualitas kredit UMKM tidak menjalar lebih jauh ke stabilitas ekonomi nasional.

Melalui sinergi dengan sektor perbankan, OJK, serta dukungan program-program pemberdayaan UMKM, BI bertekad menjaga keberlanjutan sektor ini agar tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

radar138

Advertisement
Advertisement
Advertisement