Pusat Data Raksasa Milik Toto Sugiri Resmi Beroperasi, Klaim Terbesar di Asia Tenggara!
![]() |
Menkomdigi, Meutya Hafid (dua dari kanan), meresmikan pusat data JK6, Rabu (4/6). (Foto: Dok. Antara) |
PEWARTA.CO.ID — Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong digitalisasi nasional. Kali ini lewat peresmian pusat data berskala internasional milik PT DCI Indonesia Tbk., yang dikenal dengan nama JK6, oleh Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Meutya Viada Hafid, pada Rabu (4/6/2025).
Berlokasi di kawasan Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, JK6 digadang-gadang menjadi salah satu pusat data terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas mencapai 36 megawatt.
Infrastruktur raksasa ini dibangun melalui kerja keras sekitar 8.000 tenaga ahli, menuntaskan lebih dari 3 juta jam kerja, sebagai simbol kebangkitan industri digital dalam negeri.
“Ini menjadi bukti bahwa anak-anak bangsa mampu merancang dan membangun pusat data berstandar global serta mendorong lahirnya kompetensi nasional,” kata Meutya dalam keterangan resminya.
Meutya menekankan bahwa keberadaan JK6 bukan hanya proyek infrastruktur biasa, tetapi menjadi bagian krusial dari transformasi digital nasional.
Fasilitas ini dirancang untuk menyokong sistem penyimpanan, pengolahan, dan distribusi data dari berbagai sektor strategis, mulai dari pelayanan publik hingga teknologi kecerdasan buatan (AI).
"Pusat data yang kami resmikan tentu bukan sekadar bangunan atau proyek infrastruktur belaka, tapi di balik dinding server yang berdiri megah ini ada semangat kolektif nasional yang bekerja di baliknya,” tegasnya.
Menurut politisi Partai Golkar ini, pembangunan pusat data menjadi satu dari empat pilar transformasi digital pemerintah, bersama dengan penguatan infrastruktur dan spektrum, pengembangan talenta digital, penyediaan perangkat dan aplikasi, serta regulasi adaptif yang kolaboratif.
Data dari Global System for Mobile Communications Association (GSMA) tahun 2024 memperkuat urgensi ini.
Laporan tersebut menyebut bahwa digitalisasi di sektor-sektor prioritas seperti energi, pertanian, perikanan, dan kehutanan berpotensi menyumbang nilai tambah sebesar Rp1.271 triliun pada 2029. Dalam skenario ini, pusat data menjadi kunci utama efisiensi dan keamanan pengelolaan data.
“Setiap kemanfaatan teknologi membutuhkan kemampuan penyimpanan dan pengolahan data yang terstruktur, aman, dan efisien. Di sinilah pusat data seperti JK6 memainkan peran strategis,” lanjut Meutya.
Laporan KPMG terbaru menunjukkan lonjakan permintaan global terhadap layanan pusat data. Konsumsi energi pusat data meningkat dari 79 gigawatt pada 2023 menjadi 90 gigawatt di 2025, dan diproyeksikan menyentuh 180 gigawatt pada 2030.
Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan kapasitas pusat data tercepat di Asia Pasifik.
Dalam dua tahun terakhir, kapasitas nasional naik 66 persen, menunjukkan bahwa Indonesia mulai menjadi magnet bagi investasi digital global.
“Pertumbuhan kapasitas pusat data kita sebesar 66 persen adalah sinyal kuat bahwa pasar digital Indonesia berkembang pesat dan menjadi magnet global,” tutur Meutya.
Komisaris Utama PT DCI Indonesia Tbk., Otto Toto Sugiri, menyambut positif dukungan pemerintah terhadap infrastruktur digital.
Ia menyebut bahwa dari total populasi Indonesia yang mencapai 280 juta jiwa, sekitar 220 juta di antaranya telah terhubung dengan internet.
Menurutnya, keterhubungan ini menjadikan pusat data sebagai infrastruktur vital dalam menopang berbagai aktivitas masyarakat dan dunia usaha.
Mulai dari transaksi keuangan, layanan publik, hingga komunikasi dan sistem internal perusahaan, semuanya kini bergantung pada ekosistem data yang terkelola dengan baik.
"Pasar pusat data nasional berpotensi tumbuh pesat dari kapasitas saat ini, yang baru mencapai 300 megawatt,” ujar Toto Sugiri, yang juga dikenal sebagai orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes Real Time Billionaires.