Bos Jasa Marga Blak-blakan Ungkap Penyebab Kemacetan Horor Imbas Penutupan Gerbang Tol Dalam Kota
![]() |
Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono |
PEWARTA.CO.ID — Kemacetan parah yang melanda sejumlah ruas jalan ibu kota dalam beberapa pekan terakhir akhirnya mendapat penjelasan resmi dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat sekaligus mengungkap faktor utama di balik kondisi lalu lintas yang disebut sebagai “kemacetan horor” tersebut.
Rivan menegaskan bahwa penutupan sementara tujuh gerbang tol dalam kota usai insiden pembakaran massa menjadi pemicu utama. Pasalnya, jalur transaksi kendaraan di gerbang tol tersebut setiap harinya melayani sekitar dua juta kendaraan.
"Jadi penjelasan kami adalah, gerbang tol ini adalah gerbang yang tidak bisa dihindari. Selalu dilewati oleh lebih dari 2 juta masyarakat yang melintas di 7 gerbang tol ini," ujarnya saat ditemui usai peresmian Travoy Hub di Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Menurutnya, sejak akhir Agustus lalu tujuh gerbang tol yang rusak akibat kerusuhan terpaksa direkonstruksi ulang. Proses perbaikan ini menuntut penutupan penuh agar pekerjaan dapat berlangsung fokus dan tuntas.
"Memang sebelumnya kita lakukan (perbaikan) di malam hari, jadi hanya malam sampai pagi hari. Tetapi pada konstruksi besar, tidak mungkin dilakukan penghentian. Sehingga muncul penutupan sementara," jelas Rivan.
Situasi makin runyam saat jam pulang kerja tiba. Jika sebelumnya Jasa Marga masih bisa membuka sebagian gerbang karena perbaikan dilakukan terbatas di malam hari, kini pekerjaan konstruksi berlangsung penuh sehingga akses tertutup total.
Adapun tujuh gerbang tol yang terdampak adalah GT Senayan arah Grogol, GT Semanggi 1, GT Semanggi 2 arah Cawang, GT Pejompongan, GT Slipi 1, GT Slipi 2, dan GT Kuningan 1. Beberapa di antaranya mengalami kerusakan berat, termasuk GT Pejompongan yang hangus terbakar.
Rivan juga menyebutkan bahwa biaya perbaikan dipikul perusahaan melalui kas internal dengan anggaran mencapai Rp80 miliar. Ia menekankan perbaikan tidak hanya berfokus pada fisik bangunan, tetapi juga memastikan keamanan pengguna jalan.
"Terkait dengan fisik memang membutuhkan waktu. Tadi juga pak Menteri PU juga memberikan arahan, yang paling penting adalah bahwa kondisi fisik bersih, dan tidak mengganggu keselamatan pengguna jalan," pungkasnya.