Mendikdasmen Abdul Mu’ti Dorong Lagu Anak Jadi Media Belajar yang Menghidupkan Imajinasi
![]() |
Acara Karya Cipta Lagu Pembelajaran Anak Usia Dini (KICAU) 2025, Selasa (2/9). |
PEWARTA.CO.ID — Di tengah derasnya arus digital dan dominasi musik dewasa yang semakin akrab di telinga anak-anak, keberadaan lagu anak kini kian terpinggirkan.
Padahal, lagu anak-anak sejak lama dikenal sebagai media efektif untuk menanamkan nilai, membangun karakter, hingga merangsang daya pikir anak melalui cara yang menyenangkan.
Lagu anak tidak sekadar hiburan. Lebih dari itu, ia bisa menjadi sarana pendidikan yang membumi: mengenalkan konsep sederhana tentang sains, menanamkan kepedulian lingkungan, hingga memperkuat kebiasaan baik. Semuanya dikemas dengan bahasa yang ringan, berirama, dan mudah dipahami anak.
Namun, ruang bagi lagu anak semakin menyusut akibat gempuran industri musik komersial. Kondisi ini menjadi perhatian Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti. Ia menekankan pentingnya menghidupkan kembali lagu anak sebagai jembatan antara pendidikan dan imajinasi generasi muda.
“Lagu adalah media yang tidak hanya memberikan anak-anak kita rasa percaya diri, tapi juga kemampuan untuk mengekspresikan bakat seni, serta yang tidak kalah penting adalah menjadi pemantik dari imajinasi bagi masa depan kehidupan anak-anak Indonesia,” ujar Abdul Mu’ti dalam acara Karya Cipta Lagu Pembelajaran Anak Usia Dini (KICAU) 2025, Selasa (2/9/2025).
Pesan tersebut menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini bukan hanya soal mengenalkan huruf dan angka. Lebih jauh, pendidikan adalah proses menumbuhkan rasa ingin tahu, membangun empati, sekaligus memperkuat fondasi karakter. Lagu, sebagai seni yang dekat dengan dunia anak, dianggap strategis untuk mencapai tujuan itu.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani juga menilai lagu sebagai media belajar yang sarat makna. Guru, kata dia, bisa memanfaatkan kreativitas dalam menciptakan lagu agar pembelajaran tetap menyenangkan sekaligus relevan dengan kehidupan anak sehari-hari.
“KICAU ini merupakan sebuah terobosan yang mendorong guru PAUD dan Pendidikan Non Formal dalam menunjukkan kreativitasnya menciptakan lagu pembelajaran. Lagu adalah media pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan bermakna,” jelas Nunuk.
Lagu anak: Dari nada menjadi narasi
Lagu anak memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan dengan cara halus namun membekas. Misalnya, lagu tentang menjaga kebersihan, mencintai alam, atau saling membantu lebih mudah tertanam di benak anak ketimbang metode ceramah.
Sayangnya, komersialisasi musik dan minimnya apresiasi terhadap pencipta lagu anak membuat genre ini nyaris lenyap dari perhatian publik. Dalam kondisi ini, peran pemerintah lewat program seperti KICAU menjadi sangat penting untuk membuka kembali ruang bagi karya lagu anak yang edukatif dan menginspirasi.