Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Harga Properti di Bali Melonjak 1,08 Persen, BI Beberkan Penyebab Utamanya

Harga Properti di Bali Melonjak 1,08 Persen, BI Beberkan Penyebab Utamanya
Ilustrasi. Harga properti di Bali melonjak 1,08 persen, BI beberkan penyebab utamanya. (Dok. Google Foto)

PEWARTA.CO.ID — Pertumbuhan indeks harga properti di Bali terus menunjukkan tren kenaikan.

Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mencatat, pada triwulan III-2025 harga properti meningkat 1,08 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 0,67 persen.

Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa penguatan indeks ini dipicu oleh lonjakan harga bahan bangunan serta kenaikan upah tenaga kerja.

“Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga unit rumah,” ujarnya di Denpasar, Sabtu.

Kenaikan harga material jadi faktor dominan

Survei triwulanan BI menunjukkan bahwa komponen harga bahan bangunan menyumbang kontribusi terbesar, yakni 84,4 persen, disusul upah pekerja sebesar 43,8 persen.

Dampaknya, tiga kategori rumah kecil, menengah, dan besar mengalami kenaikan harga.

Rinciannya:

  • Rumah kecil (≤36 m²): naik 1,66 persen
  • Rumah menengah (36–70 m²): naik 1,12 persen
  • Rumah besar (>70 m²): naik 0,82 persen
  • Permintaan rumah besar meningkat

BI juga mencatat adanya kenaikan pangsa penjualan rumah tipe besar sebesar 0,7 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tren ini sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap rumah berukuran luas, baik untuk hunian maupun investasi.

Tantangan Penjualan: Suku Bunga hingga Lahan Terbatas

Meski permintaan meningkat, Erwin menyebut ada sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer di Bali.

Di antaranya:

  • Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
  • Keterbatasan lahan
  • Uang muka rumah
  • Kenaikan harga material bangunan
  • Sumber pembiayaan masih didominasi dana pengembang

Dalam survei tersebut, BI mengungkap komposisi pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali:

  • Dana sendiri pengembang: 55 persen
  • Pinjaman bank: 36,6 persen
  • Dana pembeli: 6,3 persen
  • Pinjaman lembaga keuangan nonbank: 2,2 persen

Dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah dilakukan melalui skema KPR (62,1 persen).

Adapun metode pembayaran lainnya yaitu tunai bertahap (34,5 persen) dan tunai keras (3,4 persen).

Survei BI: 32 pengembang, metode tatap muka

Survei triwulanan BI dilakukan terhadap 32 pengembang berskala besar dan aktif di Bali.

Metode yang digunakan adalah wawancara langsung, mencakup harga jual, jumlah unit yang dibangun dan dipasarkan, serta proyeksi harga untuk triwulan selanjutnya.

Dengan tren kenaikan harga properti yang terus berlanjut, BI menilai dinamika industri properti Bali masih kuat meskipun dihadapkan pada tantangan pembiayaan dan keterbatasan lahan.

Rumah berukuran besar mulai menjadi primadona di pasar, menunjukkan arah preferensi baru di sektor hunian Pulau Dewata.

Advertisement
Advertisement
Advertisement