Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Buku PAUD Diluncurkan, Luruskan Miskonsepsi Pendidikan Anak Usia Dini Sejak Dalam Kandungan

Buku PAUD Diluncurkan, Luruskan Miskonsepsi Pendidikan Anak Usia Dini Sejak Dalam Kandungan
Buku PAUD diluncurkan, luruskan miskonsepsi pendidikan anak usia dini sejak dalam kandungan. (Dok. Ist)

PEWARTA.CO.ID — Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) kembali ditegaskan sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia Indonesia.

Hal ini mengemuka dalam International Symposium on Early Childhood Education and Development (ECED) yang diselenggarakan Tanoto Foundation di Jakarta, Rabu (17/12/2025), sekaligus menjadi momentum peluncuran buku berjudul “PAUD sebagai Fondasi Pembentukan Generasi Unggul”.

Forum internasional tersebut menyoroti pentingnya meluruskan berbagai miskonsepsi tentang PAUD yang selama ini masih dipahami secara sempit sebagai pendidikan taman kanak-kanak atau kelompok bermain semata.

Usia dini, periode emas yang menentukan masa depan

Anak usia nol hingga enam tahun dikenal sebagai usia emas (golden age), fase krusial yang menentukan arah perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional seseorang.

Berbagai studi menunjukkan bahwa anak yang tumbuh di lingkungan aman, penuh kasih sayang, serta mendapatkan stimulasi memadai, memiliki peluang lebih besar berkembang secara optimal.

Secara ilmiah, perkembangan otak anak berlangsung sangat pesat pada awal kehidupan.

Bahkan, hingga usia lima tahun, perkembangan otak telah mencapai sekitar 90 persen, yang prosesnya dimulai sejak masa kehamilan, khususnya pada minggu kelima hingga ke-20.

Namun, potensi besar tersebut tidak akan berkembang maksimal tanpa dukungan lingkungan yang tepat.

Faktor gizi, kesehatan, stimulasi psikososial, dan lingkungan menjadi penentu kualitas hidup anak di masa depan.

Stimulasi dini berdampak jangka panjang

Penelitian yang dilakukan pakar pendidikan anak usia dini Gillian Doherty pada 1977 menegaskan bahwa stimulasi pada awal kehidupan tidak hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga memengaruhi kapasitas berpikir dan belajar anak hingga dewasa.

Inilah yang menjadi dasar pentingnya PAUD, bukan sekadar sebagai persiapan masuk sekolah dasar, melainkan sebagai fondasi pembentukan kualitas manusia Indonesia di masa depan.

Buku PAUD diluncurkan, jawab tantangan pemahaman keliru

Gagasan tersebut terangkum dalam buku “PAUD sebagai Fondasi Pembentukan Generasi Unggul” yang ditulis oleh Fasli Jalal dan Gutama, dua tokoh yang telah lama berkecimpung di dunia pendidikan.

Fasli Jalal saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas YARSI, dengan rekam jejak panjang sebagai Kepala BKKBN, Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, hingga pejabat di Bappenas.

Sementara Gutama dikenal sebagai pakar dan praktisi PAUD dengan pengalaman lebih dari empat dekade, termasuk pernah menjabat sebagai Direktur PAUD dan Sekretaris Dirjen PAUDNI.

Gutama menegaskan bahwa buku ini lahir dari tanggung jawab moral para penulis.

“Ini merupakan tanggung jawab moral penulis, karena sudah lama ikut terlibat dalam pembangunan PAUD melalui kebijakan, pendidikan, penelitian, dan penguatan sistem. Sehingga pengalaman dan pembelajaran penting tentang PAUD perlu didokumentasikan,” kata Gutama.

Ia menambahkan, perjalanan panjang PAUD hingga diakui sebagai bagian dari strategi pembangunan SDM menuju Indonesia Emas 2045 perlu terus diperkuat.

PAUD bukan sekadar sekolah, dimulai sejak janin

Salah satu miskonsepsi terbesar yang ingin diluruskan melalui buku ini adalah anggapan bahwa PAUD hanya terbatas pada lembaga pendidikan formal.

“Padahal stimulasi sejak dalam kandungan adalah bagian tak terpisahkan dari pendidikan anak usia dini,” kata Gutama.

Menurutnya, PAUD merupakan proses berkelanjutan sejak masa janin, bukan sekadar unit pendidikan.

Tantangan lain yang masih dihadapi antara lain rendahnya keterlibatan orang tua, kurangnya kesadaran terhadap pentingnya akreditasi, serta belum optimalnya keterpaduan antara pendidikan dan pengasuhan.

Ia berharap buku ini mampu memperkuat komitmen bersama terhadap PAUD sebagai pendekatan holistik dan integratif.

“Demi lahirnya generasi yang sehat, cerdas, berkarakter, dan berdaya saing,” harap Gutama.

Isi buku dan pesan utama

Buku setebal 168 halaman ini terdiri dari lima bab, meliputi:

  1. Pendahuluan
  2. Fakta-fakta tentang anak usia dini
  3. Dinamika PAUD di Indonesia
  4. PAUD dalam kebijakan pembangunan SDM menuju Indonesia Emas 2045
  5. Penutup: refleksi dan rekomendasi

Gutama menyebut, ada tiga pesan utama dalam buku ini, yakni kehidupan manusia tidak bisa diulang, setiap anak berhak mendapatkan kehidupan yang baik, serta kebijakan pra-SD bukan sekadar perluasan akses, melainkan pemberian layanan esensial bagi anak usia dini.

PAUD, kunci pembangunan manusia Indonesia

Sementara itu, Fasli Jalal, selaku penulis sekaligus Ketua Early Child Education and Development (ECED) Council Indonesia, menegaskan bahwa PAUD merupakan kunci utama pembangunan manusia.

“Usia dini merupakan masa yang kritis dan tidak bisa diulang, maka konsentrasi terbaik adalah memberikan perhatian pada anak. Kadang-kadang kita lupa, yang SMA lebih penting atau yang perguruan tinggi lebih penting. Padahal semua dasar-dasar dibangun pada usia dini itu,” kata Fasli.

Ia mengingatkan agar masyarakat tidak lalai memenuhi hak anak usia dini. Menurutnya, jika hak tersebut dipenuhi, anak Indonesia akan tumbuh menjadi pribadi yang beriman, berakhlak, cerdas, kreatif, dan sehat.

Ekosistem PAUD harus dibangun bersama

Fasli juga menekankan pentingnya membangun ekosistem PAUD yang holistik, yang tidak bisa dilakukan secara parsial.

Diperlukan kolaborasi lintas disiplin yang melibatkan akademisi, praktisi, komunitas, hingga media, sebagaimana dilakukan ECED Council.

ECED Council berfokus pada lima pilar utama, yakni riset dan inovasi, model layanan edukasi, layanan kebijakan, edukasi publik, serta penguatan kapasitas publik.

“ECED memiliki peran sebagai lembaga think tank, enabler dan juga advokasi,” kata Fasli.

Melalui peluncuran buku ini, para penulis berharap kesadaran para pemangku kepentingan semakin kuat bahwa PAUD adalah modal manusia paling strategis untuk mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045.

Advertisement
Advertisement
Advertisement