Lapas Indramayu Sulap Balik Jeruji Jadi Lumbung Pangan, Warga Binaan Panen Harapan Baru
![]() |
| Lapas Indramayu sulap balik jeruji jadi lumbung pangan, warga binaan panen harapan baru. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID — Di balik tembok tinggi dan kawat berduri Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Indramayu, Jawa Barat, tumbuh pemandangan yang tak lazim.
Deretan sayuran hijau, buah-buahan, hingga sistem hidroponik kini menjadi bagian dari rutinitas harian warga binaan, sejalan dengan program ketahanan pangan yang dijalankan lapas tersebut.
Pada Selasa (30/12/2025) pagi, suasana lapas terlihat tenang. Sejumlah warga binaan tampak menyusuri lahan pertanian, menyiram tanaman dan memastikan tidak ada hama yang menyerang.
Di area yang dulunya lahan tidur, kini terong, tomat, pakcoy, hingga pepaya california tumbuh rapi di atas bedengan berlapis plastik mulsa, kontras dengan tembok kokoh lapas di sekelilingnya.
Lahan terbatas, produksi maksimal
Program ketahanan pangan di Lapas Kelas IIB Indramayu telah berjalan lebih dari satu tahun.
Lahan kosong di sisi lapas dioptimalkan menjadi kebun produktif dengan berbagai komoditas hortikultura, baik melalui pertanian konvensional maupun hidroponik.
Seluruh aktivitas pertanian melibatkan warga binaan, mulai dari pengolahan lahan, perawatan tanaman, hingga panen.
Kegiatan ini tetap berjalan berdampingan dengan sistem pengamanan lapas.
Salah satu warga binaan, Alief, mengaku telah dua bulan terakhir mengelola tanaman terong.
Meski dihadapkan pada tantangan cuaca dan serangan hama, ia tetap berupaya menjaga produktivitas tanaman.
“Gampang-gampang susah, kendalanya paling cuaca, misal air sama hama. Misal hama kuning terong itu, gampang menyebar dan bisa mengurangi produktivitas tanaman,” kata dia kepada ANTARA.
Dengan pemupukan yang teratur dan perawatan intensif, satu kali panen terong mampu menghasilkan sekitar 20 kilogram, sementara tomat mencapai 23 kilogram.
Pola panen pun bervariasi, tomat bisa dipetik hingga tiga kali sehari, sedangkan terong setiap empat hari sekali.
Dari aktivitas tersebut, Alief menaruh harapan untuk masa depannya selepas menjalani masa pidana.
“Harapannya kalau sudah keluar dari lapas, pengen jadi petani, kerja yang benar, jangan jadi sampah masyarakat,” ujarnya.
Sayuran lapas tembus pasar
Hasil pertanian lapas tak hanya berhenti di kebun.
Setiap hari, sayuran segar dipasarkan keluar lapas dan diminati pedagang.
Salah satunya Iin Rusniati, yang rutin mengambil berbagai komoditas sesuai ketersediaan.
“Semua jenis, seperti sereh, tomat, terong, pakcoy dan apa aja. Saya ambil aja yang ada,” kata Iin. Sayuran tersebut kemudian didistribusikan kembali ke pasar agar cepat terjual.
Dalam sekali penjualan, tomat bisa mencapai 30 kilogram, sementara sayuran lain berkisar 15–20 kilogram.
Menurut Iin, kualitas menjadi alasan utama ia terus mengambil pasokan dari lapas, terutama sayuran hidroponik yang dinilai lebih tahan lama.
Hal serupa disampaikan pembeli lain, Dedi Haryanto.
Ia rutin mengambil sawi, kembang kol, dan pakcoy dari lapas meski jumlah pasokan belum mampu memenuhi kebutuhan harian.
“Kualitasnya lebih bagus daripada petani lainnya,” kata Dedi.
Bagian dari program pembinaan
Program pertanian ini dijalankan dalam kerangka Sarana Asimilasi Edukasi (SAE) Arumanis.
Kasubsi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIB Indramayu, Apudin, menyebut program tersebut mendukung kebijakan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan dalam pemberdayaan warga binaan serta penguatan ketahanan pangan.
“Program ini berjalan hampir satu tahun lebih, mendukung ketahanan pangan dan mengaktifkan lahan yang tertidur menjadi produktif dengan melibatkan warga binaan,” ujar Apudin.
Saat ini, lebih dari 30 warga binaan terlibat dalam kegiatan pertanian, hidroponik, perikanan, hingga pertanian luar lapas bagi mereka yang telah memasuki masa asimilasi.
Pemilihan peserta dilakukan melalui asesmen dengan mempertimbangkan keterampilan dan pengalaman bertani.
Untuk pemasaran, lapas telah menjalin kerja sama dengan pedagang pasar, reseller sayuran, hingga penyedia katering.
Dari hasil penjualan, sekitar 35 persen diberikan sebagai premi kepada warga binaan, sementara sisanya disimpan melalui koperasi sebagai tabungan saat mereka bebas.
Dukung ketahanan pangan nasional
Pada Juli 2025, Lapas Kelas IIB Indramayu mencatat panen perdana tiga ton gabah basah dan 1,7 ton ikan lele.
Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Jawa Barat, Kusnali, menyebut lapas tersebut memanfaatkan lahan seluas 11.673 meter persegi untuk pertanian, perikanan, dan perkebunan produktif.
Menurutnya, program SAE Arumanis merupakan implementasi dari 13 program akselerasi kementerian serta sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
Di balik jeruji dan keterbatasan ruang, Lapas Indramayu menunjukkan bahwa pembinaan dapat berjalan seiring dengan produktivitas.
Dari lahan sempit yang dihidupkan, tumbuh keterampilan, harapan, dan jalan pulang yang lebih layak bagi warga binaan.

