Serangan Drone Maut di Sudan Selatan Tewaskan Puluhan Anak, Dunia Internasional Desak RSF Dihukum
![]() |
| Serangan Drone Maut di Sudan Selatan Tewaskan Puluhan Anak, Dunia Internasional Desak RSF Dihukum. (Foto: Dok NPR) |
PEWARTA.CO.ID — Pemerintah Sudan kembali menghadapi tragedi kemanusiaan besar setelah serangan drone Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menghantam sejumlah titik padat penduduk di wilayah Kordofan, Sudan Selatan.
Insiden yang terjadi pada Kamis, 4 Desember 2025 di kota Kalogi tersebut menewaskan sedikitnya 79 warga sipil, dengan 43 di antaranya merupakan anak-anak, menurut laporan otoritas setempat.
Serangan drone itu menargetkan kawasan sensitif, mulai dari taman kanak-kanak, rumah sakit, hingga area pemukiman warga. Pemerintah wilayah menyebut tindakan tersebut sebagai “kejahatan keji” dan menyalahkan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N) yang disebut bersekutu dengan RSF.
Sempat dilaporkan hanya menewaskan delapan orang, termasuk enam anak dan seorang guru, jumlah korban terus meningkat seiring proses evakuasi dan identifikasi yang berlangsung sepanjang hari. Otoritas negara bagian juga mencatat adanya 38 korban luka-luka yang kini mendapat perawatan intensif.
RSF diminta ditindak sebagai teroris
Menyusul meningkatnya angka korban, pemerintah negara bagian Sudan Selatan Kordofan menyerukan agar komunitas internasional bergerak cepat mengambil sikap tegas.
Mereka mendorong dunia internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk menetapkan RSF sebagai “organisasi teroris” serta meminta pertanggungjawaban pihak-pihak yang disebut mendukung serangan tersebut.
Ketegangan di wilayah Kordofan sendiri terus meningkat sejak awal November. Pertempuran yang melibatkan tentara Sudan dan RSF selama berminggu-minggu membuat situasi kemanusiaan kian buruk, memaksa puluhan ribu warga melarikan diri dari rumah mereka.
UNICEF kutuk serangan
Organisasi internasional kembali mengecam serangan yang menyasar warga sipil—terutama anak-anak. UNICEF menyebut insiden ini sebagai “pelanggaran mengerikan terhadap hak-hak anak” dan menegaskan bahwa sekolah serta fasilitas medis seharusnya tidak pernah menjadi sasaran tembak.
Dalam keterangan resmi, Perwakilan UNICEF untuk Sudan, Sheldon Yett, mengatakan:
"Anak-anak seharusnya tidak pernah membayar harga konflik. UNICEF mendesak semua pihak untuk segera menghentikan serangan ini dan mengizinkan akses yang aman dan tidak terhalang bagi bantuan kemanusiaan untuk menjangkau mereka yang sangat membutuhkan."
UNICEF juga menyebut lebih dari 10 korban yang tewas berusia antara lima hingga tujuh tahun. Serangan terhadap sekolah dan rumah sakit, ujar Yett, merupakan pelanggaran berat hak anak yang tidak dapat ditoleransi.
Organisasi itu menambahkan, situasi di Kordofan kini berada pada titik kritis akibat memburuknya keamanan selama satu bulan terakhir. Tercatat lebih dari 41.000 warga telah meninggalkan rumah mereka di Sudan Utara maupun Selatan Kordofan.
Peta konflik semakin suram
Belum ada komentar dari kelompok pemberontak mengenai serangan drone tersebut. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa tiga wilayah Kordofan—Utara, Barat, dan Selatan—telah menjadi saksi pertempuran sengit antara tentara Sudan dan RSF. Ketegangan ini turut memperluas krisis pengungsian di kawasan.
RSF saat ini menguasai hampir seluruh wilayah Darfur, kecuali sebagian Darfur Utara. Sementara itu, tentara Sudan masih memegang kendali atas 13 negara bagian lainnya, termasuk ibu kota Khartoum.
Sejak konflik antara militer Sudan dan RSF pecah pada April 2023, lebih dari 40.000 orang dilaporkan tewas, sementara 12 juta warga terpaksa mengungsi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
