Tanpa Disadari, Ini Bentuk Bullying Orang Tua ke Anak yang Dianggap Sepele
![]() |
| Tanpa disadari, ini bentuk Bullying orang tua ke anak yang dianggap sepele. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID — Bullying atau perundungan kerap dipahami sebagai tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah, pergaulan, atau media sosial.
Padahal, perilaku serupa juga bisa terjadi di dalam rumah dan pelakunya justru orang terdekat, termasuk orang tua.
Tanpa disadari, sejumlah sikap yang dianggap wajar, bercanda, atau bentuk disiplin ternyata dapat melukai perasaan anak dan berdampak serius pada kesehatan mentalnya.
Perilaku ini sering dibungkus dengan dalih mendidik, mengingatkan, atau memotivasi, padahal efeknya bisa sangat menyakitkan dan membekas hingga dewasa.
Berikut sejumlah perilaku orang tua yang tergolong bullying terhadap anak, dirangkum dari berbagai sumber.
1. Memberi julukan negatif
Panggilan yang menyinggung kondisi fisik atau kekurangan anak, seperti sebutan berdasarkan warna kulit, bentuk tubuh, atau kondisi tertentu, kerap dianggap candaan.
Namun, bagi anak, julukan tersebut dapat menjadi sumber rasa malu, minder, dan menurunkan kepercayaan diri.
2. Body shaming berkedok humor
Komentar tentang berat badan, bentuk tubuh, atau penampilan anak yang dibungkus sebagai lelucon termasuk body shaming.
Meski niat orang tua mungkin untuk memotivasi hidup sehat, ucapan tersebut justru bisa melukai perasaan dan membuat anak tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri.
3. Ancaman dan pemaksaan
Mengancam atau memaksa anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya merupakan bentuk bullying verbal.
Pola ini membuat anak merasa tertekan, takut berbuat salah, serta enggan menyampaikan pendapat atau perasaannya.
4. Pola asuh terlalu agresif
Disiplin sering disalahartikan sebagai kekerasan verbal atau emosional.
Membentak, menghukum berlebihan, hingga melontarkan kata-kata kasar demi membuat anak patuh termasuk bentuk intimidasi emosional yang berisiko merusak kesehatan mental anak.
5. Memberikan silent treatment
Mendiamkan anak dalam waktu lama tanpa penjelasan sebagai bentuk hukuman bukanlah cara mendidik yang sehat.
Sikap ini dapat membuat anak merasa tidak dianggap, kehilangan rasa aman, dan merasa bersalah tanpa memahami kesalahannya.
6. Membandingkan anak dengan orang lain
Membandingkan anak dengan saudara atau teman sering dianggap sebagai pemacu semangat.
Kenyataannya, kebiasaan ini justru membuat anak merasa rendah diri, tidak dihargai, dan kehilangan kepercayaan diri, terutama jika dilakukan di depan orang lain.
7. Kekerasan fisik
Tindakan seperti memukul, mencubit, menendang, atau mendorong merupakan bentuk bullying fisik yang paling nyata dan berbahaya.
Selain melukai tubuh, kekerasan fisik juga meninggalkan dampak psikologis jangka panjang pada anak.
8. Menuntut anak sesuai standar orang tua
Orang tua kerap memaksakan harapan dan standar pribadinya kepada anak. Ketika pilihan anak dianggap tidak sesuai, kritik keras atau larangan sering diberikan.
Sikap ini bisa membebani anak, mematikan motivasi, dan membuatnya merasa tidak pernah cukup baik.
Bullying yang terjadi di rumah dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan mental anak.
Dampaknya tidak hanya dirasakan saat kecil, tetapi juga dapat terbawa hingga dewasa, seperti rasa rendah diri, kecemasan, hingga depresi.
Oleh karena itu, orang tua perlu lebih peka, memperbaiki pola komunikasi, serta menerapkan pola asuh yang sehat dan penuh empati demi tumbuh kembang anak yang optimal.

