Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

LPDP Alami Defisit Tiga Tahun Berturut-turut, Ini Penjelasan Resminya

LPDP Alami Defisit Tiga Tahun Berturut-turut, Ini Penjelasan Resminya
Ilustrasi. LPDP Alami Defisit Tiga Tahun Berturut-turut, Ini Penjelasan Resminya

PEWARTA.CO.ID — Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) kembali mencatatkan defisit keuangan pada tahun 2025. Kondisi ini menandai tiga tahun berturut-turut lembaga pengelola dana abadi pendidikan tersebut mengalami defisit, meski nilai total dana abadi yang dikelola masih terbilang sangat besar.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama LPDP, Sudarto, menegaskan bahwa defisit yang terjadi bukan disebabkan oleh kebijakan efisiensi pemerintah, melainkan karena meningkatnya jumlah mahasiswa penerima beasiswa dalam dua tahun terakhir.

"Bukan (karena) efisiensi ya. Isunya bahwa dua tahun terakhir kita mengirim jumlah mahasiswa dalam jumlah besar, tujuannya kita ingin mengejar ketertinggalan angka partisipasi pendidikan tinggi. Jadi, dana abadi ini tidak terkena isu efisiensi," ungkap Sudarto dalam Media Gathering APBN 2026 di Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/10/2025).

Defisit Rp640 miliar pada 2025

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2025, LPDP mencatat pendapatan sebesar Rp6,82 triliun, sementara belanja mencapai Rp7,46 triliun, sehingga terjadi defisit sekitar Rp640 miliar.

Kondisi serupa juga terjadi pada dua tahun sebelumnya. Pada 2024, pendapatan LPDP tercatat Rp10,95 triliun dengan belanja Rp11,86 triliun, dan pada 2023, pendapatan Rp9,33 triliun dengan belanja Rp9,85 triliun. Dengan demikian, lembaga ini mengalami defisit selama tiga tahun berturut-turut: 2023, 2024, dan 2025.

Padahal pada periode sebelumnya, LPDP sempat mencatatkan kinerja positif. Tahun 2022, lembaga ini membukukan surplus dengan pendapatan Rp6,39 triliun dan belanja Rp4,93 triliun. Tahun 2021, pendapatan Rp4,51 triliun dan belanja Rp3,08 triliun, serta tahun 2020 pendapatan Rp3,92 triliun dan belanja Rp2,02 triliun.

Dana abadi tetap kuat dan stabil

Meski mengalami defisit dalam tiga tahun terakhir, posisi dana abadi LPDP masih tergolong solid. Hingga 30 September 2025, total dana abadi tercatat mencapai Rp154,11 triliun. Angka tersebut terdiri dari:

  • Dana Abadi Pendidikan (DAP): Rp126,12 triliun
  • Dana Abadi Penelitian (DAPL): Rp12,99 triliun
  • Dana Abadi Perguruan Tinggi (DAPT): Rp10 triliun
  • Dana Abadi Kebudayaan (DAKB): Rp5 triliun

Jumlah ini sama seperti posisi akhir tahun sebelumnya, menandakan stabilitas pengelolaan dana abadi LPDP. Secara historis, dana abadi lembaga ini terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan: Rp139,11 triliun (2023), Rp119,11 triliun (2022), Rp99,11 triliun (2021), dan Rp70,11 triliun (2020).

"Tahun ini kita kemungkinan akan belanja lebih tinggi, sehingga saya mungkin bisa sampaikan tahun ini khusus dana abadi pendidikan atau DAP kemungkinan kita akan mengalami defisit tetapi masih bisa ditutup dengan tahun-tahun sebelumnya," jelas Sudarto.

Lonjakan penerima beasiswa jadi faktor utama

Defisit LPDP disebut terjadi karena tingginya pengeluaran untuk program beasiswa. Pada 2023, jumlah penerima beasiswa mencapai 9.358 orang, dan pada 2024 sebanyak 8.592 orang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni 6.327 penerima pada 2022 dan 4.266 penerima pada 2021.

Untuk menjaga keseimbangan anggaran, LPDP akhirnya membatasi jumlah penerima baru pada tahun 2025 dan 2026, masing-masing sekitar 4.000 orang. Pembatasan ini dilakukan karena banyak mahasiswa penerima beasiswa sebelumnya yang masih aktif menjalani studi.

"Sehingga tahun ini karena yang masih on going banyak, kita menerima yang baru itu jumlahnya lebih sedikit (4.000), mungkin tahun ini dan tahun depan. Mudah-mudahan 2027 kita kembali normal lagi," ujar Sudarto.

Kendati tengah mengalami defisit, LPDP memastikan seluruh program beasiswa tetap berjalan sesuai komitmen. Lembaga ini berupaya menyeimbangkan antara keberlanjutan dana abadi dan pemerataan akses pendidikan tinggi di Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement