Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Waspada! Ini Penyebab Osteoporosis di Usia 40 Tahun yang Sering Diabaikan

Penyebab Osteoporosis di Usia 40 Tahun yang Sering Diabaikan
Ilustrasi. Penyebab Osteoporosis di Usia 40 Tahun yang Sering Diabaikan. (Foto: Dok. ninjaDesign/Canva)

PEWARTA.CO.ID — Kesehatan tulang sering kali menjadi aspek yang luput dari perhatian masyarakat. Banyak orang baru menyadari pentingnya menjaga tulang ketika sudah memasuki usia lanjut dan mulai merasakan gejala nyeri, lemah, atau penurunan mobilitas.

Padahal, menurut para ahli, penurunan kepadatan tulang bisa terjadi jauh lebih awal, bahkan mulai di usia 40 tahun.

Salah satu penyebab utamanya adalah faktor hormon. Saat memasuki usia paruh baya, kadar hormon yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang mulai menurun.

Baik pada pria maupun wanita, perubahan hormonal ini berdampak signifikan terhadap kekuatan struktur tulang.

Pada pria, hormon testosteron berfungsi menjaga kekuatan dan ketahanan tulang. Jika produksinya menurun seiring bertambahnya usia, tulang pun menjadi lebih rapuh dan mudah mengalami pengeroposan.

Sementara pada wanita, hormon estrogen berperan penting dalam mempertahankan kepadatan tulang. Namun setelah memasuki masa menopause, kadar estrogen bisa turun drastis. Kondisi inilah yang membuat wanita lebih rentan mengalami osteoporosis dibanding pria.

“Biasanya, usia di atas 40 tahun sudah berisiko mengalami osteoporosis karena penurunan kadar hormon. Hormon seperti estrogen pada wanita dan testosteron pada pria memiliki peran penting dalam menjaga kepadatan tulang. Jika kadarnya menurun, risiko pengeroposan tulang pun meningkat,” demikian dijelaskan dalam peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2025 yang berlangsung pada Kamis (23/10/2025).

Risiko meningkat saat hamil dan menyusui

Bagi wanita, risiko kehilangan kalsium juga meningkat selama masa kehamilan dan menyusui. Saat hamil, sebagian besar kalsium dalam tubuh ibu akan diserap oleh janin untuk membentuk tulang dan giginya. Karena itu, ibu hamil sangat disarankan memperbanyak asupan kalsium agar kebutuhan gizi bayi dan kesehatan tulangnya tetap terpenuhi.

Selain itu, masa menyusui juga dapat mempercepat kehilangan kalsium dalam tubuh. Tanpa asupan nutrisi yang cukup, risiko pengeroposan tulang semakin besar. Maka dari itu, memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang di setiap fase kehidupan.

Perwatusi ajak masyarakat peduli tulang

Dalam rangka peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2025 bertema “Peduli Tulang Kuat Indonesia untuk Hidup Berdikari”, Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan tulang melalui edukasi dan aktivitas fisik yang menyenangkan.

Ketua Umum Perwatusi, Anita Hutagalung, menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya memperluas jangkauan edukasi tentang pencegahan osteoporosis ke berbagai daerah di Indonesia.

“Perwatusi ingin mengembangkan program ke seluruh Indonesia agar edukasi tentang pencegahan osteoporosis sejak dini bisa tersebar luas. Tulang yang kuat adalah pondasi bangsa yang kuat,” ujarnya.

Program edukasi dan senam virtual

Salah satu langkah nyata Perwatusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat adalah melalui program senam virtual yang bisa diikuti oleh semua kalangan usia. Program ini dikemas dengan berbagai bentuk kegiatan fisik sesuai kelompok umur.

Untuk anak muda, tersedia “osteo dance”, yaitu gerakan ritmis yang menyehatkan tulang sekaligus menyenangkan. Sedangkan untuk lansia, disediakan senam ringan yang dapat dilakukan sambil duduk di kursi agar tetap aman dan nyaman.

“Tentunya program kami satu, yaitu mengembangkan Perwatusi ke seluruh Indonesia. Kami melatih instruktur senam yang akan menjadi perpanjangan tangan Perwatusi untuk mengajak masyarakat bergerak dan mengenal lebih jauh tentang penyakit osteoporosis,” kata Anita dalam konferensi pers di PYC Bulungan, Jakarta Selatan.

Melalui program ini, Perwatusi berharap semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa menjaga kesehatan tulang tidak bisa ditunda hingga usia lanjut. Edukasi tentang gaya hidup sehat, olahraga teratur, serta pemenuhan nutrisi menjadi kunci utama mencegah osteoporosis sejak usia muda.

Pentingnya deteksi dini dan gaya hidup aktif

Para ahli menekankan, deteksi dini menjadi langkah penting dalam mencegah kerusakan tulang lebih parah. Pemeriksaan densitas tulang secara berkala bisa membantu mengetahui apakah seseorang mulai mengalami penurunan kepadatan tulang.

Selain itu, menjaga gaya hidup aktif seperti rutin berjalan kaki, berjemur di pagi hari, dan mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti susu, ikan, serta sayuran hijau dapat membantu memperkuat tulang.

Hindari juga kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebih karena keduanya bisa mempercepat proses pengeroposan tulang.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tulang, diharapkan kasus osteoporosis di usia produktif bisa ditekan.

Tulang yang kuat bukan hanya penopang tubuh, tetapi juga fondasi agar masyarakat Indonesia tetap sehat, aktif, dan mandiri hingga usia lanjut.

Advertisement
Advertisement
Advertisement