GfM7GfzpGpW0BUOlGfO8TSCiBY==

Senjakala Jurnalis Manusia vs Robot, Petinggi MNC Group: Wartawan Harus Adaptasi Agar Bertahan

Senjakala Jurnalis Manusia vs Robot, Petinggi MNC Group: Wartawan Harus Adaptasi Agar Bertahan
Ilustrasi. Robotorial Jurnalism. (Dok. Web)

PEWARTA.CO.ID - Kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) di dunia jurnalistik memaksa profesi wartawan online untuk bersiap di era New Media. Bahkan beberapa kolumnis sepakat jika AI lambat laun bisa menjadi ancaman untuk profesi ini jika tidak beradaptasi.


Jika dulu produk jurnalistik melalui filterisasi yang ketat dari wartawan ke proses editing redaksi, sampai akhirnya tayang setelah adanya sidang redaksi, tetapi AI dapat memangkas alur kerja yang panjang itu.


Oleh karenanya AI diyakini bisa menjadi ancaman nyata terhadap profesi jurnalis jika tidak diatur oleh regulasi yang jelas.


Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri masih mempelajari seluk-beluk AI. Salah satunya yang belakangan ramai dibahas yakni teknologi chatbot buatan OpenAI, ChatGPT.


ChatGPT misalnya, dinilai sebagai 'bom waktu' dengan segala dampak yang bisa ditimbulkan terhadap manfaat dan tujuan penggunaannya.


Saat semua hal dapat diatasi robot kecerdasan itu, maka cara kerja lama di segala bidang hanya tinggal menunggu waktu akan sirna karena kemajuan zaman.


Sampai saat ini Kominfo belum menerapkan regulasi apapun terkait kehadiran teknologi AI. Pemerintah juga belum bisa memutuskan apakah OpenAI tergolong perusahaan yang wajib mendaftarkan PSE di sistem Kominfo dengan alasan masih sedikit pengguna di Indonesia.


"Masih kecil sekali (penggunanya). Bahkan ada baseline-nya. Makanya kemarin trafiknya kecil sekali di sininya (Indonesia). Jadi belum masuk prioritas kami," kata Dirjen Aptika Kominfo Samuel Abrijani, Kamis (13/4/2023).


Jurnalis manusia harus adaptasi


Ancaman nyata atas kehadiran teknologi AI di bidang jurnalistik mengharuskan manusia yang berprofesi sebagai wartawan online agar bisa beradaptasi dengan baik.


Karena jika tidak, bukan tidak mungkin peran mereka sebagai jurnalis akan digantikan oleh robot-robot mesin kecerdasan buatan itu.


Selaras dengan hal itu, Petinggi MNC Group Christophorus Taufik menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, profesi jurnalis perlu mendesain ulang cara kerjanya agar bisa bertahan dari ancaman AI.


"Pekerjaan kita, dunia jurnalistik harus didesain ulang metodenya agar bisa bertahan. Semua tantangan pasti ada peluangnya," ujarnya saat menghadiri acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Ikatan Wartawan Online (IWO) Malang Raya, di Kota Batu, Sabtu (15/4/2023).


Christophorus menambahkan, sudah seharusnya siapapun dapat memanfaatkan teknologi sebagai upaya mempermudah kehidupan. Bukan justru tergantikan secara dominan sampai merasa terancam olehnya.


"Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) tidak sekadar dalam penggunaan aplikasi. Namun, bagaimana memahami, menganalisisnya menjadi informasi yang berguna, dan dikembangkan untuk memudahkan kehidupan manusia. Kita pun perlu mengetahui kekurangan dan kelebihan artificial intelligence," ucap pria yang juga Pembina IWO Malang Raya ini.


Robotorial Jurnalism


Karya jurnalistik yang diproduksi oleh robot kecerdasan buatan memang nyaris sempurna. Mulai dari meriset data hingga proses penyuntingan dengan hampir nir kesalahan penulisan menjadi salah satu manfaat positif yang bisa didapatkan perusahaan media.


Atas keunggulan itulah beberapa perusahaan media macam Beritagar yang kini bernama Lokatadata telah menerapkan teknologi serupa.


Proses operasional media tersebut telah banyak melibatkan peran robot AI sejak dari pencarian sumber yang tepat hingga penerbitan yang cepat.


Bahkan hingga suatu berita dapat terbit, dua media itu bisa memercayakan penuh oleh peran robotorial tanpa campur tangan manusia.


Karena itulah peran jurnalis manusia diklaim akan kalah faktual jika dibandingkan kerja jurnalis robot tersebut.


Kendati demikian, karya jurnalistik yang dihasilkan robot itu masih diragukan sebagai produk jurnalistik yang dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Karena seperti diketahui, berita harus melalui proses pengumpulan data, fakta, yang sesuai realita di mana prosesnya memerlukan kegiatan wawancara.


Atas dasar akurasi informasi yang disajikan robotorial, munculah perdebatan di kalangan intelektual terkait hal itu. Banyak yang tak sependapat jika robot AI bisa menggantikan jurnalis manusia sepenuhnya jika tanpa bantuan manusia itu sendiri dalam proses pencarian data-data terbaru.


Namun tak lantas kemudian jurnalis manusia harus menaruh sentimen atas kehadiran teknologi AI tersebut sebagai bagian dari inovasi di bidang jurnalistik. Tak ada salahnya mulai mencoba menaruh perhatian, kemudian berkolaborasi untuk menciptakan produk jurnalistik yang lebih cepat, akurat, dan kredibel.



Tonton juga video berita Indonesia viral 2024 di bawah ini dari kanal YouTube resmi Pewarta.



Dapatkan berita Indonesia terkini viral 2024, trending, serta terpopuler hari ini dari media online Pewarta.co.id melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter

close